Senin, 16 Juni 2014

Bisa Jadi Musim Haji ini adalah yang Terakhir


Analisa ini ditulis berdasarkan hadits-hadits Rasulullah terkait peristiwa-peristiwa menjelang datangnya seseorang yang diyakini akan muncul di akhir zaman membawa kebaikan kepada seluruh alam, sebagaimana keburukan tersebar ke seluruh alam sebelum kedatangannya, yakni Imam al-Mahdi. Juga berdasarkan unfolding events yang semakin banyak kita saksikan di sekeliling kita dan dunia dewasa ini. Jika analisa ini benar, maka itu datangnya hanya dari Allah swt, dan jika salah itu karena kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Adapun yang diharapkan dari tulisan ini, baik jika ini akan terbukti ataupun tidak, semoga bisa menjadikan peringatan bagi seluruh umat Islam, bahwa kita telah berada di penghujung zaman, sehingga sudah saatnya lah kita menengok kembali pesan-pesan Nabi kita terkait peristiwa-peristiwa akhir zaman, wabil khusus dikarenakan beratnya fitnah ad-Dajjal yang akan terjadi di akhir zaman, sesuai hadits berikut (Hadits #1):
Rasulullah saw bersabda: Sungguh, sejak Allah menciptakan anak cucu Adam, tidak ada fitnah yang lebih dahsyat dari fitnah Ad-Dajjal, dan tidak ada satu Nabi pun yang di utus Allah melainkan telah memperingatkan umatnya mengenai fitnah ad-Dajjal, sedangkan aku adalah Nabi terakhir dan kalian ummat terakhir, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ad-Dajjal akan keluar di tengah-tengah kalian. (HR Ibnu Khuzaimah) – Sahih.

Kondisi Dunia Menjelang Munculnya Imam al-Mahdi

Tulisan ini dibatasi hanya pada kondisi dunia sebelum kemunculan dan peristiwa-peristiwa yang mengiringi munculnya sang Imam, dikarenakan penulis merasa bahwa kondisi dunia saat ini, cukup layak dikatakan telah memenuhi persyaratan akan kemunculan al-Mahdi yang disebutkan dalam sebuah hadits berikut (Hadits #2);

“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa.  Ia akan memenuhi bumi secara merata dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya  bumi dipenuhi  secara merata dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad)

Berdasarkan hadits Imam Ahmad di atas, ada tiga kondisi yang terjadi pada dunia sebelum munculnya Imam al-Mahdi, yaitu:
  • Perselisihan antar manusia,
  • Terjadi gempa-gempa,
  • Meratanya kesewenang-wenangan dan kezaliman.


Perselisihan antar manusia telah terjadi sejak lama, umumnya adalah perselisihan yang disebabkan oleh hal-hal keduniaan, sebut saja seperti faktor ekonomi berupa persaingan bisnis, persaingan mendapatkan sumber daya alam, dan faktor-faktor lainnya. Namun dewasa ini kita mendapatkan eskalasi yang lebih tinggi dari perselisihan antara manusia.Tidak hanya menyangkut keduniaan, jika kita lihat ke internal umat Islam, perselisihan terjadi dalam agama, bukan hal-hal yang bersifat furu’ saja, tapi juga terhadap perkara-perkara ushul yang semestinya tidak terjadi perbedaan. Bahkan, perselisihan juga menimpa manusia-manusia terbaik saat ini, yaitu para Mujahidin yang berjuang di medan jihad fi sabilillah. Maka cukup pantas kalau kita sebut perselisihan antar manusia ini telah berada pada tahap puncaknya.

Yang kedua, walaupun mungkin kita tidak terlalu merasakannya, tapi sebenarnya gempa-gempa selalu terjadi setiap harinya. Jika pembaca tidak percaya, silahkan tengok disebuah situs yang memang khusus mengabarkan gempa-gempa yang terjadi di seluruh dunia berikut: http://earthquakestoday.info/
Dan ketiga, meratanya kesewenang-wenangan dan kezaliman ini memang ciri khas dari fase “Mulkan Jabariyyan” atau Raja-raja/para penguasa yang memaksakan kehendak (diktator), sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam hadits berikut (Hadits #3);

  “Masa (1)kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa (2)Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian, selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa (3)Raja-raja yang Menggigit selama beberapa masa, selanjutnya datang masa (4)Raja-raja/para penguasa  yang Memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali (5)Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian. Kemudian Rasul SAW terdiam.” (HR Ahmad) - Shahih

Saking meratanya kesewenang-wenangan dan kezaliman, seseorang yang memegang teguh akidahnya akan merasakan beratnya hal itu sebagaimana memegang bara api dengan tangannya. Ahli tauhid menjadi obyek fitnah, dijauhi masyarakat, dan mengisi penjara-penjara para penguasa. Tidak sedikit mereka yang diburu oleh pasukan khusus bak binatang buruan, kemudian disiksa dan dibunuh secara sadis tanpa ada proses peradilan. Dan semua itu bisa menjadi sah ditengah masyarakat atas legalisasi undang-undang (UU Anti Terorisme), karena memang ciri khas zaman ini adalah terjadinya syirik hukum, dimana hukum dan UU diciptakan oleh manusia.
Itulah tiga kondisi dunia sebelum kemunculan Imam al-Mahdi yang telah terpampang nyata dihadapan kita semua.

Peristiwa-peristiwa yang mengiringi munculnya Imam al-Mahdi

Peristiwa-peristiwa yang mengiringi munculnya al-Mahdi adalah peristiwa yang akan terjadi ketika Allah takdirkan al-Mahdi muncul ke tengah-tengah umat.
(Hadits #4)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Akan terjadi perselisihan saat matinya khalifah, lalu seorang laki-laki (Al-Mahdi) akan keluar dari Madinah pergi menuju Makkah. Lantas beberapa orang dari penduduk Makkah mendatanginya. Mereka memaksanya keluar (dari dalam rumah) meskipun ia tidak menginginkannya. Orang-orang itu kemudian membaiatnya pada suatu tempat antara Rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim). Lalu dikirimlah sepasukan dari penduduk Syam untuk memeranginya, tetapi pasukan itu justru ditenggelamkan  (Allah) di Al-Baida, tempat antara Makkah dan Madinah. Maka ketika manusia melihat hal itu, maka orang-orang shalih dari Syam dan orang-orang terbaik dari penduduk Irak membaiatnya antara rukun dan Maqam.. Lalu tampillah seorang laki-laki dari bangsa Quraisy, paman-pamannya dari suku Kalb. Ia lalu mengirimkan pasukan untuk memerangi mereka (orang-orang yang berbaiat kepada Al-Mahdi) namun (Al-Mahdi dan pasukannya) dapat mengalahkan  mereka. Alangkah ruginya orang yang tidak ikut serta dalam pembagian ghanimah perang suku Kalb. Ia (Al-Mahdi) lalu membagi ghanimah, dan ber’amal di tengah manusia dengan sunnah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan menyampaikan Islam ke seluruh penduduk bumi. Ia berkuasa selama tujuh tahun, kemudian wafat dan kaum muslimin menyolatkannya."
(HR Abu Dawud – Sanadnya Hasan)

Hadits di atas menyebutkan beberapa peristiwa yang mengiringi kemunculan al-Mahdi, yakni:
  • Perselisihan yang terjadi pasca matinya seorang khalifah
  • Seorang laki-laki keluar dari Madinah menuju Mekkah (Muhammad bin Abdullah, calon al-Mahdi)
  • Orang-orang memaksa bai-at kepada laki-laki tersebut di Ka’bah antara rukun Hajar Aswad dan Maqom Ibrahim (bai’at pertama)
  • Pasukan dari Syam diutus untuk memerangi al-Mahdi, namun Allah tenggelamkan pasukan itu di sebuah tempat yang bernama Baida (antara Mekkah – Madinah)
  • Terjadi bai’at kedua yang dilakukan oleh orang-orang shalih dari penduduk Irak dan Syam, di lokasi yang sama (Ka’bah)
  • Tampilnya laki-laki Quraisy yang pamannya adalah bani Kalb dan mengutus pasukan untuk memerangi al-Mahdi dan pengikutnya.


1.      Perselisihan Pasca Matinya seorang Khalifah

Makna khalifah disini bisa merujuk kepada pemimpin wilayah, walaupun sebagian ulama berselisih, ada yang meyakini bahwa sebelum al-Mahdi muncul Khilafah telah tegak terlebih dulu. Namun penulis lebih meyakini bahwa yang dimaksud Khalifah dalam hadits di atas adalah pemimpin wilayah dimana Makkah dan Madinah berada (Hijaz), dan jika itu yang dimaksudkan maka Raja Saudi lah “Khalifah” tersebut – wallahua’lam. Hal ini diperkuat dengan hadits yang lain (Hadits #5);

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tiga orang akan saling membunuh untuk memperebutkan harta perbendaharaan kalian. Mereka semuanya adalah anak khalifah. Kemudian harta itu tidak menjadi milik seorangpun di antara mereka. Kemudian muncullah panji-panji hitam dari arah timur, lantas mereka membunuh kalian yang belum pernah suatu kaumpun dibunuh seperti itu (kemudian beliau menyebut sesuatu yang aku tidak menghafalnya lantas beliau bersabda)
apabila kalian melihatnya (Al-Mahdi) maka kalian bai’atlah dia meskipun harus merangkak di atas salju, karena dia itu Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Ibnu Majah – dishahihkan Al-Bustawi)

Tiga orang anak “Khalifah” akan saling berperang, memperebutkan “harta perbendaharaan kalian”, kemungkinan besar yang dimaksud adalah memperebutkan kepemimpinan yang dalam sistem kerajaan, seperti di Arab Saudi, diwariskan kepada putra mahkotanya. Akan tetapi monarki Saudi tidak menganut gaya suksesi umumnya sistem Monarki karena pada tahun 1953, seluruh anak-anak dari raja Abdul ‘Aziz bersepakat bahwa kerajaan akan diwariskan secara horizontal kepada anak-anak dari Abdul Azis bin Saud. Abdul Azis bin Saud memiliki kurang lebih 16 orang istri, dan tidak diketahui secara pasti jumlah anak-anaknya, disinyalir ada lebih dari 100 orang. Akan tetapi, tidak semua anak Abdul Aziz memiliki kualifikasi sebagai calon raja, dan beberapa diantaranya juga menolak menjadi Raja sehingga jatah mereka dilewati dan diserahkan kepada saudaranya yang lain. Senioritas adalah kualifikasi utama dalam suksesi kerajaan selain pertimbangan karir politik kandidat dalam pemerintahan. Saat ini yang menjadi Raja adalah Abdullah bin Abdul Aziz (90 tahun), sedangkan pangeran mahkotanya adalah Pangeran Salman (80 tahun). Keduanya tidak memiliki kondisi kesehatan yang baik karena usia yang uzur, bahkan tim dokter kerajaan menyatakan bahwa kondisi Raja Abdullah sudah cukup parah, terkait penyakit yang menimpanya, ada spekulasi yang menyatakan dia tidak akan bertahan hingga akhir tahun ini – wallahua’lam. Sementara pangeran Salman tidak memiliki ingatan yang baik (pikun) karena faktor usia. Praktis, pemerintahan banyak dikendalikan oleh anak Abdul ‘Aziz yang menjadi kandidat Raja paling muda yaitu pangeran Muqrin (69 tahun), yang 2013 lalu di angkat menjadi deputi Perdana Mentri ke-2. Posisi deputy PM adalah posisi yang biasa dijabat oleh calon pengganti Raja, dengan demikian Pangeran Muqrin secara tidak langsung telah ditunjuk sebagai calon pengganti Raja Abdullah, dan Pangeran Salman. Sebenarnya telah banyak desakan dari dalam Istana, untuk perubahan pola suksesi Kerajaan Saudi karena generasi pertama Abdul Aziz seluruhnya sudah lapuk dimakan usia, harus segera dialihkan kepada generasi kedua Abdul Aziz (para cucu), namun sepertinya anak-anak Abdul Aziz - yang makin uzur itu - terus menunda-nunda pembicaraan untuk menentukan jalur anak yang mana Kerajaan akan diwariskan. Tentu saja hal ini berpotensi menimbulkan konflik di dalam Istana, karena generasi pertama Abdul Aziz sangatlah banyak, semua menginginkan Kerajaan jatuh ke garis keturunannya masing-masing, lebih khusus lagi dari keluarga Abdullah, Salman dan Muqrin bani Abdul Aziz yang saat ini masing-masing menjabat sebagai Raja sekaligus PM, Pangeran Mahkota sekaligus Deputy PM 1, dan Deputy PM 2. Apakah mereka yang dimaksud tiga anak khalifah dalam hadits itu?? Wallahua’lam bishawab!

2.      Seorang Laki-laki Keluar dari Madinah menuju Mekkah

Kalimat ini menunjukkan bahwa al-Mahdi berasal dari penduduk Madinah, dan sesuai hadits Rasulullah (Hadits #6);

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sekiranya dunia ini tidak tersisa kecuali hanya sehari, maka Allah akan memanjangkan hari itu, hingga Allah mengutus seorang laki-laki dariku, atau dari keluargaku; namanya mirip dengan namaku, dan nama bapaknya juga mirip dengan nama bapakku. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana kezhaliman dan kesewenang-wenangan pernah memenuhinya." Dalam hadits riwayat Sufyan beliau mengatakan: "(Dunia) tidak akan pergi, atau tidak akan hancur hingga seorang laki-laki dari ahli baitku menguasai Arab; namanya seperti namaku.“ (HR Abu Dawud) – Shahih.

Maka, laki-laki penduduk Madinah itu bernama Muhammad (atau bisa juga Ahmad) dan nama ayahnya adalah Abdullah. Seorang lelaki arab keturunan Rasulullah dari jalur Fatimah yang menjadi warga biasa di Madinah, bukan tokoh politik, bukan pemimpin,  tidak memiliki ambisi menjadi pemimpin, dan tidak pernah menyadari sedikitpun bahwa dirinya lah bakal calon pemimpin dunia. Ini terbukti ketika kelak dibai’at dia akan berusaha menolaknya kecuali setelah dirinya diancam untuk dibunuh jika tidak menerima bai’at.

3.      Baiat Paksa diantara Hajar Aswad dan Maqom Ibrahim

Abu Fatiah al-Adnani dalam buku “Nubuwat Perang Akhir Zaman” halaman 37-41 menjelaskan proses pemaksaan kepada Muhammad bin Abdullah untuk dibaiat, bahkan beliau menjelaskan terjadi kejar-kejaran, Madinah – Mekkah, Mekkah – Madinah hingga tiga kali antara bakal a-Mahdi dengan orang-orang yang ingin membai’atnya.  Akan tetapi, Abu Fatiah tidak mengupas hadits berikut sebagai bagian dari peristiwa-peristiwa pembai’atan al-Mahdi (Hadits #7);

Bersabda Nabi saw: “Pada bulan Dzulqa’dah qabilah-qabilah saling tarik-menarik dan saling berkhianat, maka seorang peziarah haji diculik. Lalu terjadi kekacauan di Mina. Banyak yang terbunuh di sana. Dan mengalirlah darah sehingga darah mereka mengalir di Aqabah Jumrah. Dan sehingga kaburlah seorang dari mereka dan mendatangi lokasi antara Rukun dan Maqam. Maka ia dibai’at padahal ia tidak suka. Dikatakan kepadanya: ”Jika kamu menolak kami akan pukul tengkukmu (tebas lehermu).” Ia dibai’at oleh sejumlah orang  semisal jumlah Ahli Badar. Mereka disukai oleh penghuni langit dan penghuni bumi.” (Al-Mustadrak ‘alash-shahihain lil-Hakim)

Hadits di atas secara jelas menunjukkan bahwa proses pembai'atan terjadi pada saat musim haji. Lebih spesifik lagi, dalam hadits di atas disebutkan bahwa laki-laki yang akan dibai’at menjadi al-Mahdi adalah penduduk Madinah yang sedang menunaikan ibadah haji. Saat itu terjadi huru-hara di Mina, dan huru-hara juga merembet hingga pada saat melakukan jumrah Aqobah, terjadi banyak pertumpahan darah. Lelaki ini menghindari diri dari kekacauan Mina dan lari menuju Ka’bah, dimana disana telah menunggu orang-orang yang sebelumnya mengejar-mengejarnya. Pada saat ia berada diantara rukun Hajar Aswad dan Maqom Ibrahim maka orang-orang yang jumlahnya 313 orang, karena disebut dalam hadits adalah semisal Ahli Badar, memaksa dan mengancam laki-laki tersebut (Muhammad bin Abdullah) untuk menerima bai’at mereka. Akhirnya, Muhammad bin Abdullah dengan terpaksa menerima bai’at dari orang-orang tersebut. Karena Muhammad bin Abdullah ini adalah lelaki biasa yg tidak memiliki kecakapan apapun dalam memimpin, maka Allah swt, dengan kekuasaannya, akan memperbaiki keadaan beliau agar siap menjadi Imam al-Mahdi dalam waktu semalam (Hadits #8),

"Rasulullah saw bersabda: "Al Mahdi dari (keturunan) kami, yaitu ahli bait yang Allah perbaiki (keadaannya) dalam semalam.“ (HR Ibnu Majah & Ahmad) – Shahih.

Maksudnya adalah Allah akan menerima taubatnya, memberi taufik, memahamkan dan memberinya petunjuk serta segala sesuatu yang dibutuhkannya untuk menjadi seorang pemimpin dunia. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

4.      Penenggelaman Pasukan Syam di Baida

(Hadits #9)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Suatu kaum akan berlindung di rumah ini -yakni baitullah (Ka’bah)- mereka tidak memiliki pelindung (proteksi, imunitas), jumlah ataupun senjata. Suatu pasukan dikirim untuk (menyerang) mereka. Saat berada di “baida” (suatu padang pasir bumi), pasukan itu dibenamkan ke dalam bumi. Yusuf  berkata: Saat itu penduduk Syam tengah bepergian menuju Makkah. Abdullah bin Shafwan berkata: Demi Allah, mereka bukan pasukan yang dimaksud. " (HR Muslim) – Shahih.

Hadits di atas menjelaskan beberapa hal, yang pertama, orang-orang yang pertama kali membai’at al-Mahdi adalah orang-orang biasa yang tidak memiliki kekuatan politik dan senjata. Pada saat ini, yaitu setelah pembai’atan pertama, al-Mahdi belum mempunyai kekuatan yang mumpuni untuk sekedar melindungi diri dan pengikutnya. Sehingga ketika kemudian ada sekelompok orang (pasukan) dari syam akan memeranginya, Allah dengan Kekuasaan-Nya memberikan pertolongan. Pasukan ini akan dibenamkan disebuah padang pasir yang disebut Baida, terletak di antara Mekkah dan Madinah. Dalam hadits #9 di atas terdapat catatan, bahwa diantara yang Allah tenggelamkan terdapat penduduk Syam yang tengah bepergian menuju Mekkah, ini bisa dipahami sebab pada saat itu memang sedang musim haji.
Tentang siapa pasukan ini dan yang mengutusnya, tidak banyak sumber hadits yang menjelaskan secara rinci. Banyak spekulasi yang beredar terkait hadits Sufyani namun kami akan mencoba memberikan analisa sesuai realitas yang dapat kita pahami bersama.
Ketika Muhammad bin Abdullah telah menerima bai’at pertama itu, maka berita tersebut akan menyebar di Mekkah. Tentu saja bagi kaum Muslim (ahli Sunnah) itu merupakan kabar gembira, namun bagi kaum Syiah, itu adalah sesuatu yang harus segera ditumpas, mengapa? Berbeda dengan kaum Muslim, yang berkeyakinan bahwa al-Mahdi itu tidak dikenal kecuali setelah terpenuhi tanda-tandanya, kaum Syiah telah menetapkan Imam mereka yang ke-12 sebagai al-Mahdi, yakni Muhammad al-Askari yang diyakini sedang bersembunyi di sebuah gua di daerah Sardab, Samarra, yang akan keluar di akhir zaman. Maka kaum syiah yang sedang berhaji dan berada di sekitar Mekkah, segera menyebarluaskan berita ini hingga terdengar oleh seorang pemimpin mereka di Syam. Karena tentu saja ini menyalahi akidah Syiah mengenai al-Mahdi, yang artinya kredibilitas agama Syiah juga terancam, maka pemimpin Syiah ini akan mengirim utusannya, pasukan elit, yang siap membunuh Muhammad bin Abdullah yang telah dibai’at oleh beberapa orang dari kaum Muslim sebagai Imam al-Mahdi. Ketika pasukan tersebut sampai di Baida, Allah mengirimkan longsor yang menenggelamkan seluruh pasukan ini hingga binasa kecuali satu atau dua diantaranya, yang kemudian mengabarkan perihal kejadian tersebut kepada pemimpin yg mengutusnya.  Mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa pasukan dari Syam bisa bebas masuk ke Saudi yang mestinya menjadi wilayah kekuasaan Raja Saudi? Banyak kemungkinan yang bisa menjawab ini, terutama dengan realitas yang kita dapati sekarang ini. Agen-agen asing suatu Negara bisa beroperasi di Negara lain baik untuk kepentingan sepihak (telik sandi), maupun kepentingan yang sama, seperti kerjasama pertahanan dan militer, atau kerjasama penanggulangan terorisme regional, dlsb. Bisa saja, pasukan dari negeri Syam itu sudah lama beroperasi di Madinah untuk operasi khusus, bisa juga kemungkinan-kemungkinan semisal yang lain. Bahkan jika kita amati di hadits di atas, yaitu adanya orang-orang Syam yang turut ditenggalamkan dalam longsor Baida, tapi mereka bukan bagian dari pasukan yang akan memerangi al-Mahdi. Ini bisa menunjukkan bahwa pasukan tersebut adalah agen khusus yang membaur bersama jamaah Haji dari Syam – wallahua’lam.

5.      Bai’at Kedua yang Dilakukan oleh Orang-orang Shalih dari Syam dan Irak

Setelah berita longsor yang terjadi diantara Mekkah dan Medinah, yang menewaskan sejumlah peziarah haji dan pasukan khusus berkebangsaan Syam tersebar luas, maka orang-orang soleh di Irak dan Syam yang mendengar berita ini bergegas menuju Mekkah dan menemui Muhammad bin Abdullah untuk berbai’at kepadanya di tempat yang sama, sekaligus menjemput beliau Al-Mahdi untuk memimpin pasukan yang telah disiapkan untuknya di Syam. Secara realita, tidak mungkin pasukan bersenjata dari Irak dan Syam datang ke Mekkah untuk berbaiat kepada al-Mahdi di Mekkah, karena tentu mereka akan segera dihadang oleh pasukan kerajaan Saudi sebelum masuk ke wilayah Saudi. Maka kami mengambil asumsi yang sama dengan pasukan syam yang ditenggelamkan tadi, bahwa orang-orang shaleh dari Irak dan Syam ini adalah orang-orang utusan/wakil dari masyarakat Islam Irak dan Syam yang telah lebih dulu berada di wilayah Hijaz, yang mempunyai misi khusus yakni berbai’at dan menyampaikan bai’at dari seluruh penduduk shalih di Irak dan di Syam, serta menjemput al-Mahdi untuk bergabung dengan orang-orang shalih di Syam, sebagai basis keimanan di akhir zaman.
Jika pada bai’at pertama, orang-orang yang membai’at adalah orang yg tidak memiliki kekuatan politik ataupun kemampuan militer, maka pada bai’at yang kedua, orang-orang shalih dari Irak dan Syam ini memiliki kekuatan politik serta kemampuan militer. Mari kita lihat realitas saat ini. Jika pembaca mengikuti perkembangan politik timur tengah, pembaca pasti familiar dengan Daulah Islam fil-Iraqi waSy-Syam, atau Islamic State of Iraq and Sham (ISIS), atau media barat biasa menyebut ISIL – Islamic State of Iraq and Levant. Levant adalah sebutan barat terhadap wilayah Syam. Daulah ini adalah proyek terbaru Mujahidin yang bermula dari deklarasi Daulah Islamiyah fil Iraq, atau Islamic State of Iraq (ISI) oleh Mujahidin yang dimotori al-Qaeda pimpinan Syaikh Usamah bin Laden setelah berhasil menguasai beberapa wilayah di Irak. Tanzim alQaeda kemudian melebur ke dalam ISI. Ketika revolusi Suriah meletus, ISI mengirimkan bantuan pasukan dan logistic perang, untuk membantu Mujahidin Suriah dalam melawan kekejaman Bashar Assad, pemimpin Negara Suriah yang juga seorang Syiah Nushairi. Seiring kesuksesan-kesuksesan Mujahidin dalam menguasai kota-kota dan wilayah di Suriah, ISI pun berekspansi ke Syam sehingga kemudian menjadi ISIS. Kami meyakini bahwa ISIS ini adalah pasukan panji hitam yang disebutkan dalam (Hadits #5), sebab dalam banyak rilisannya mereka selalu menyatakan hendak menegakkan khilafah yang berlandaskan kenabian, sepak terjangnya pun sesuai dengan tujuan tersebut. Fitnah-fitnah yang melanda ISIS, bukan saja dilemparkan oleh musuh-musuh di luar umat Islam, dari dalam justru lebih dahsyat. ISIS seperti digambarkan dalam hadits, bahwa mereka ditelantarkan oleh umat Islam, akan tetapi Allah menaklukan wilayah demi wilayah untuk mereka, meski kebencian para pendengkinya terus berkobar, namun itu tidak menyurutkan mereka. Saat ini ISIS dipimpin oleh seorang ahlul bait, syaikh Abu Bakar al-Baghdady al-Husainy hafidzahullah. Dan ISIS juga memiliki ciri khas dalam benderanya, yaitu bendera hitam dengan tulisan kalimatu thayyibah dan simbol cincin Nabi.
Maka kini kita bisa saksikan, ISIS telah menguasai beberapa wilayah di Irak dan Syam, sekaligus mengaplikasikan pemerintahan berdasarkan syariat Islam yang murni. Bisa jadi, inilah kekuatan politik yang dimiliki oleh orang-orang shalih dari Irak dan Syam yang mendatangi al-Mahdi di Mekkah untuk berbai’at dan menyampaikan bai’at dari pimpinan Daulah Islam Irak dan Syam serta penduduknya – wallahua’lam.

6.      Perang Pertama Al-Mahdi dengan Lelaki Quraisy

Setelah al-Mahdi bergabung dengan pasukan yang telah Allah siapkan untuknya di Syam, maka ia akan segera menghadapi peperangan-peperangan. Perang pertama yang akan ia hadapi adalah melawan seorang lelaki Quraisy, sebagaimana disebut dalam hadits #4 di atas, yang memiliki paman dari bani Kalb yang kaya raya sehingga ketika Quraisy ini dikalahkan akan menyisakan banyak sekali ghanimah. Siapakah Quraisy ini? Apakah Bashar Assad? Kami melakukan penelusuran tentang keluarga Assad dan menemukan bahwa Wikipedia mempunyai informasi lengkap tentang keluarga Assad ini. Memang tidak diketahui apakah Bashar Assad memiliki darah Quraisy, namun yang jelas di keterangan Wikipedia, Hafeez Al-Assad, ayahnya, berasal dari suku Kalbiya (http://en.wikipedia.org/wiki/Hafez_al-Assad#Family). Dan sejak era Hafiz al-Assad, keluarga Assad menguasai hampir seluruh kekayaan yang ada di Suriah. Tidak ada proyek penting di Suriah, kecuali dikendalikan oleh keluarga Assad. Boleh jadi, kelak ketika Assad tumbang, maka umat Islam akan mendapatkan ghanimah yang melimpah, dari harta yang ditimbun oleh keluarga Assad ini? Wallahua’lam bi shawab!

Kewajiban Berbai’at Kepada Imam al-Mahdi

Ketika Imam al-Mahdi telah jelas muncul dan identitasnya telah diketahui oleh seluruh manusia, maka kewajiban bagi umat Islam adalah membai’atnya, sesuai hadits #5 di atas. “Ketika kalian melihatnya (Al-Mahdi) maka ber-bai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju.” Merangkak di atas salju bagi orang-orang Arab adalah kondisi yang sangat ekstrim, ini menunjukkan bahwa dalam kondisi seekstrim apapun kita harus berusaha untuk ikut membai’at al-Mahdi – wallahua’lam.


Mungkinkah Haji 1435 H Adalah Musim Haji Terakhir?

Dalam hadits yang lain terkait huru-hara musim haji dimana saat itu al-Mahdi akan dibai’at (Hadits #10):

Berkata Abdullah bin ’Amru radhiyallahu ’anhuma: “Manusia pergi haji tanpa Imam. Maka ketika mereka sampai di Mina tiba-tiba mereka diserang oleh fihak serupa anjing. Maka marahlah qabilah satu sama lain. Dan saling berbunuhanlah mereka sehingga mengalir darah di Aqobah. Maka mereka spontan mendatangi orang terbaik di antara mereka. Maka mereka datanginya dan dia sedang menempelkan wajahnya ke Ka’bah menangis seolah aku melihat airmatanya. Maka mereka berkata: ”Kemarilah biar kami bai’at kamu.” Maka ia berkata:”Celakalah kalian berapa banyak perjanjian telah dilanggar dan berapa banyak darah telah ditumpahkan?” Maka ia dibai’at dengan paksaan. Jika kalian mengetahuinya maka bai’atlah dia karena sesungguhnya ialah Al-Mahdi di bumi dan Al-Mahdi di langit.”  (Al-Mustadrak ‘alash-shahihain lil-Hakim)

Semenjak runtuhnya khilafah, praktis umat Islam berhaji tanpa Imam. Umat Islam yang dimaksud disini adalah umat Islam yang benar tauhidnya, kaum muwahhid, yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Banyak peziarah haji yang hakikatnya adalah kafir (musyrik) dan munafik, dan hanya Allah saja yang mengetahui hati-hati hamba-Nya. Tidak mungkin umat Islam muwahid akan mengakui orang-orang seperti itu sebagai imamnya dalam pelaksanaan haji yang mereka lakukan.
Dalam hadits #10 di atas, disebutkan bahwa jamaah haji di Mina secara tiba-tiba diserang oleh pihak yang serupa anjing. Siapakah pihak serupa anjing ini? Ada beberapa kemungkinan yang bisa kita analisa dari karakteristik binatang anjing. Anjing adalah salah satu binatang yang terkenal dengan kesetiaannya kepada tuannya. Bisa saja yang dimaksud pihak yang diserupakan anjing ini adalah pasukan khusus pemerintah yang sangat loyal terhadap pemerintah. Tapi kemudian akan timbul pertanyaan, apa motif dari pihak ini secara tiba-tiba menyerang jamaah haji? Kita bisa saja menjawab pertanyaan itu dengan berbagai hal yang bisa disambung-sambungkan. Kami menawarkan analisa lain yang mungkin lebih sesuai dengan realita yang sedang kita hadapi saat ini. Kami melihat, bahwa kaum Syiah, adalah kaum yang bisa diserupakan dengan anjing. Kenapa? Sebab kaum Syiah, adalah sekelompok manusia yang tidak memiliki akal sehat ketika dihadapkan dengan fatwa-fatwa para Imam-nya. Apakah pembaca sekalian pernah menyaksikan orang waras yang mau mengoles kotoran (tinja) orang lain ke wajahnya sendiri? Hal itu terjadi pada kaum Syiah ini, ketika Imam mereka mengatakan bahwa kotoran para Imam itu suci dan membawa keberkahan, serta-merta pengikutnya akan menampung tinja imam-imam mereka untuk dijadikan krim pelembab wajah atau facial – na’udzubillahi min dzalik! Inilah kaum yang serupa dengan anjing! Jika benar yang dimaksud kaum yang serupa dengan anjing itu adalah kaum Syiah, maka perhatikanlah wahai umat Islam beberapa analisa berikut ini.
Sejak berdirinya Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS), mereka telah menguasai beberapa wilayah penting yang sebelumnya dikendalikan oleh pemerintah Syiah. Dan satu hal yang konsisten dilakukan oleh ISIS ketika mereka menguasai wilayah, selain mereka mengaplikasikan syariat Islam, mereka juga menghukum/mengeksekusi mati tentara-tentara Syiah yang berhasil mereka tangkap, dan menawarkan taubat kepada tentara-tentara Muslim yang menjadi penolong pemerintah Syiah, kemudian mengampuni mereka. Yang lebih bombastis lagi adalah, ISIS juga menghancurkan seluruh tempat-tempat suci, kuil-kuil, kuburan-kuburan, dan Mesjid-mesjid yang disakralkan oleh kaum Syiah yang berada di wilayah yang mereka kuasai. Salah satunya adalah Kuil Uwais al-Qorni di Suriah bagian Timur (Raqqa), yang telah diratakan dengan tanah oleh ISIS pada bulan Rajab lalu. Pihak Iran dan Hizbullah secara resmi telah menyatakan kemarahannya atas penghancuran kuil tersebut. Saat analisa ini ditulis, Mujahidin ISIS tengah memasuki hari ke-4 penyerangan terhadap kota Baghdad Irak, setelah sebelumnya telah menguasai Mosul, Kirkuk, Tikrit, Samarra dan Diyala. Bahkan penulis menerima kabar bahwa Baghdad Utara telah dikuasai oleh Mujahidin ISIS. Saatnya nanti Baghdad takluk di tangan Mujahidin ISIS, maka seluruh Irak secara de jure akan berada dalam kendali ISIS. Maka bisa kita bayangkan apa yang akan ISIS lakukan dengan pusat ibadah kaum Syiah di Karbala. Apa yang akan ISIS lakukan terhadap Kuil Hussain, dan Kuil Abbas di Karbala? ISIS terbukti tidak pernah kompromi terhadap Syiah, sudah pasti semua itu akan dihancurkan oleh ISIS. ISIS mentargetkan penguasaan penuh Irak terjadi sebelum Ramadhan 1435H! Lantas, para pembaca yang budiman, kira-kira apa implikasinya jika hal ini benar-benar terjadi? Implikasinya adalah umat Islam berada pada situasi politik yang paling menegangkan sepanjang sejarahnya dengan kaum Syiah! Situasi ini bisa diibaratkan seperti bahan bakar gas atau bensin yang terpapar, dimanapun masyarakat Islam yang hidup berdampingan dengan kaum Syiah, maka hal kecil apapun ibarat percikan api yang akan membakar konflik yang lebih besar! Karena itu pula, kita WAJIB mengantisipasi salah satu event besar dimana kaum Syiah dan Muslim akan berkumpul dalam jumlah yang massif di satu tempat yang sama! Ya, Ibadah Haji di Mekkah al-Mukaromah bulan Dzulqo’dah 1435H mendatang!
Jauh sebelum ISIS terbentuk dan seluruh peristiwa-peristiwa penghancuran kuil-kuil Syiah terjadi, penulis pernah melihat sebuah tayangan video di youtube, menayangkan orasi seorang militant Syiah yang mengancam akan segera merebut Mekkah dari tangan “Wahabbi”. Kaum Syiah sering menyebut penguasa Saudi sebagai kaum Wahabbi, bahkan sekarang Syiah menyebut ISIS sebagai Wahabbi Militan. Maka kita semua bisa mengira-ngira, jika sebelum kuil-kuil mereka dihancurkan saja mereka begitu bersemangat untuk merebut Mekkah, apatah lagi ketika kuil-kuil sakral mereka, terutama yang ada di Karbala, telah dihancurkan oleh “Wahabbi Militan”!
Oleh karena itu, melalui tulisan dan analisa ini, penulis ingin mengingatkan khususnya kepada kaum Muslimin yang hendak menunaikan Haji tahun 1435H mendatang, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya huru-hara yang ditimbulkan oleh kaum Syiah yang marah atas hancurnya kuil-kuil mereka oleh ISIS. Sejatinya, ini adalah peluang emas bagi kalian, jika Allah menghendaki ketetapan munculnya Imam al-Mahdi bersamaan dengan huru-hara itu menjadi sebuah takdir, yaitu kalian bisa ikut membai’atnya langsung, tentunya dengan izin Allah (maka mintalah kepada-Nya). Bagaimanapun, hanya orang-orang terpilih saja yang akan membai’at al-Mahdi pada bai’at pertama di Ka’bah. Kemudian, secara umum ditujukan kepada kaum muslimin dimanapun berada, termasuk kepada penulis sendiri, untuk menyiapkan diri menghadapi event besar yang in-sya Allah akan segera kita hadapi – bi idznillah. Pastikan kita berada dipihak yang mendukung al-Mahdi, seandainya kita belum mampu bergabung dengannya.
Semoga Allah memberikan kemampuan kepada kita untuk berbai’at dan bergabung bersama al-Mahdi ketika Allah telah mengijinkannya untuk tampil ke dunia, aamiin Yaa Robbal ‘aalamiin…

Wallahua’lam bishawab, wallahul Musta’an