Analisa ini ditulis berdasarkan hadits-hadits Rasulullah
terkait peristiwa-peristiwa menjelang datangnya seseorang yang diyakini akan
muncul di akhir zaman membawa kebaikan kepada seluruh alam, sebagaimana
keburukan tersebar ke seluruh alam sebelum kedatangannya, yakni Imam al-Mahdi.
Juga berdasarkan unfolding events yang
semakin banyak kita saksikan di sekeliling kita dan dunia dewasa ini. Jika
analisa ini benar, maka itu datangnya hanya dari Allah swt, dan jika salah itu
karena kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan-kesalahan.
Adapun yang diharapkan dari tulisan ini, baik jika ini akan terbukti ataupun
tidak, semoga bisa menjadikan peringatan bagi seluruh umat Islam, bahwa kita
telah berada di penghujung zaman, sehingga sudah saatnya lah kita menengok
kembali pesan-pesan Nabi kita terkait peristiwa-peristiwa akhir zaman, wabil
khusus dikarenakan beratnya fitnah ad-Dajjal yang akan terjadi di akhir zaman,
sesuai hadits berikut (Hadits #1):
Rasulullah saw
bersabda: Sungguh, sejak Allah menciptakan anak cucu Adam, tidak ada fitnah
yang lebih dahsyat dari fitnah Ad-Dajjal, dan tidak ada satu Nabi pun yang di
utus Allah melainkan telah memperingatkan umatnya mengenai fitnah ad-Dajjal,
sedangkan aku adalah Nabi terakhir dan kalian ummat terakhir, maka tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa ad-Dajjal akan keluar di tengah-tengah kalian. (HR Ibnu
Khuzaimah) – Sahih.
Kondisi
Dunia Menjelang Munculnya Imam al-Mahdi
Tulisan ini dibatasi hanya pada kondisi dunia sebelum
kemunculan dan peristiwa-peristiwa yang mengiringi munculnya sang Imam,
dikarenakan penulis merasa bahwa kondisi dunia saat ini, cukup layak dikatakan telah
memenuhi persyaratan akan kemunculan al-Mahdi yang disebutkan dalam sebuah
hadits berikut (Hadits #2);
“Aku kabarkan berita
gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak
terjadi perselisihan antar-manusia
dan gempa-gempa. Ia akan memenuhi bumi secara merata dengan
keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya
bumi dipenuhi secara merata dengan kesewenang-wenangan dan
kezaliman.” (HR Ahmad)
Berdasarkan hadits Imam Ahmad di atas, ada tiga kondisi yang
terjadi pada dunia sebelum munculnya Imam al-Mahdi, yaitu:
- Perselisihan antar manusia,
- Terjadi gempa-gempa,
- Meratanya kesewenang-wenangan dan kezaliman.
Perselisihan antar manusia telah terjadi sejak lama, umumnya
adalah perselisihan yang disebabkan oleh hal-hal keduniaan, sebut saja seperti
faktor ekonomi berupa persaingan bisnis, persaingan mendapatkan sumber daya
alam, dan faktor-faktor lainnya. Namun dewasa ini kita mendapatkan eskalasi
yang lebih tinggi dari perselisihan antara manusia.Tidak hanya menyangkut keduniaan, jika kita lihat ke
internal umat Islam, perselisihan terjadi dalam agama, bukan hal-hal yang bersifat
furu’ saja, tapi juga terhadap perkara-perkara ushul yang semestinya tidak
terjadi perbedaan. Bahkan, perselisihan juga menimpa manusia-manusia terbaik
saat ini, yaitu para Mujahidin yang berjuang di medan jihad fi sabilillah. Maka
cukup pantas kalau kita sebut perselisihan antar manusia ini telah berada pada
tahap puncaknya.
Yang kedua, walaupun mungkin kita tidak terlalu
merasakannya, tapi sebenarnya gempa-gempa selalu terjadi setiap harinya. Jika
pembaca tidak percaya, silahkan tengok disebuah situs yang memang khusus
mengabarkan gempa-gempa yang terjadi di seluruh dunia berikut: http://earthquakestoday.info/
Dan ketiga, meratanya kesewenang-wenangan dan kezaliman ini
memang ciri khas dari fase “Mulkan Jabariyyan” atau Raja-raja/para penguasa
yang memaksakan kehendak (diktator), sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah
dalam hadits berikut (Hadits #3);
“Masa (1)kenabian akan
berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya,
setelah itu datang masa (2)Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian,
selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa
(3)Raja-raja yang Menggigit selama beberapa masa, selanjutnya datang masa
(4)Raja-raja/para penguasa yang
Memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan
Allah, setelah itu akan terulang kembali (5)Kekhalifahan mengikuti pola
(Manhaj) Kenabian. Kemudian Rasul SAW terdiam.” (HR Ahmad) - Shahih
Saking meratanya kesewenang-wenangan dan kezaliman,
seseorang yang memegang teguh akidahnya akan merasakan beratnya hal itu
sebagaimana memegang bara api dengan tangannya. Ahli tauhid menjadi obyek
fitnah, dijauhi masyarakat, dan mengisi penjara-penjara para penguasa. Tidak
sedikit mereka yang diburu oleh pasukan khusus bak binatang buruan, kemudian
disiksa dan dibunuh secara sadis tanpa ada proses peradilan. Dan semua itu bisa
menjadi sah ditengah masyarakat atas legalisasi undang-undang (UU Anti
Terorisme), karena memang ciri khas zaman ini adalah terjadinya syirik hukum,
dimana hukum dan UU diciptakan oleh manusia.
Itulah tiga kondisi dunia sebelum kemunculan Imam al-Mahdi
yang telah terpampang nyata dihadapan kita semua.
Peristiwa-peristiwa
yang mengiringi munculnya Imam al-Mahdi
Peristiwa-peristiwa yang mengiringi munculnya al-Mahdi
adalah peristiwa yang akan terjadi ketika Allah takdirkan al-Mahdi muncul ke
tengah-tengah umat.
(Hadits #4)
Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Akan terjadi perselisihan saat matinya
khalifah, lalu seorang laki-laki (Al-Mahdi) akan keluar dari Madinah pergi
menuju Makkah. Lantas beberapa orang dari penduduk Makkah mendatanginya. Mereka
memaksanya keluar (dari dalam rumah) meskipun ia tidak menginginkannya.
Orang-orang itu kemudian membaiatnya pada suatu tempat antara Rukun (Hajar
Aswad) dan Maqam (Ibrahim). Lalu dikirimlah sepasukan dari penduduk Syam untuk
memeranginya, tetapi pasukan itu justru ditenggelamkan (Allah) di Al-Baida, tempat antara Makkah dan
Madinah. Maka ketika manusia melihat hal itu, maka orang-orang shalih dari Syam
dan orang-orang terbaik dari penduduk Irak membaiatnya antara rukun dan Maqam..
Lalu tampillah seorang laki-laki dari bangsa Quraisy, paman-pamannya dari suku
Kalb. Ia lalu mengirimkan pasukan untuk memerangi mereka (orang-orang yang
berbaiat kepada Al-Mahdi) namun (Al-Mahdi dan pasukannya) dapat
mengalahkan mereka. Alangkah ruginya
orang yang tidak ikut serta dalam pembagian ghanimah perang suku Kalb. Ia
(Al-Mahdi) lalu membagi ghanimah, dan ber’amal di tengah manusia dengan sunnah
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan menyampaikan Islam ke seluruh
penduduk bumi. Ia berkuasa selama tujuh tahun, kemudian wafat dan kaum muslimin
menyolatkannya."
(HR Abu Dawud – Sanadnya Hasan)
(HR Abu Dawud – Sanadnya Hasan)
Hadits di atas menyebutkan beberapa peristiwa yang
mengiringi kemunculan al-Mahdi, yakni:
- Perselisihan yang terjadi pasca matinya seorang khalifah
- Seorang laki-laki keluar dari Madinah menuju Mekkah (Muhammad bin Abdullah, calon al-Mahdi)
- Orang-orang memaksa bai-at kepada laki-laki tersebut di Ka’bah antara rukun Hajar Aswad dan Maqom Ibrahim (bai’at pertama)
- Pasukan dari Syam diutus untuk memerangi al-Mahdi, namun Allah tenggelamkan pasukan itu di sebuah tempat yang bernama Baida (antara Mekkah – Madinah)
- Terjadi bai’at kedua yang dilakukan oleh orang-orang shalih dari penduduk Irak dan Syam, di lokasi yang sama (Ka’bah)
- Tampilnya laki-laki Quraisy yang pamannya adalah bani Kalb dan mengutus pasukan untuk memerangi al-Mahdi dan pengikutnya.
1.
Perselisihan Pasca Matinya seorang Khalifah
Makna khalifah disini bisa merujuk kepada pemimpin wilayah,
walaupun sebagian ulama berselisih, ada yang meyakini bahwa sebelum al-Mahdi
muncul Khilafah telah tegak terlebih dulu. Namun penulis lebih meyakini bahwa
yang dimaksud Khalifah dalam hadits di atas adalah pemimpin wilayah dimana
Makkah dan Madinah berada (Hijaz), dan jika itu yang dimaksudkan maka Raja
Saudi lah “Khalifah” tersebut – wallahua’lam.
Hal ini diperkuat dengan hadits yang lain (Hadits #5);
"Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tiga orang akan saling membunuh untuk
memperebutkan harta perbendaharaan kalian. Mereka semuanya adalah anak
khalifah. Kemudian harta itu tidak menjadi milik seorangpun di antara mereka.
Kemudian muncullah panji-panji hitam dari arah timur, lantas mereka membunuh
kalian yang belum pernah suatu kaumpun dibunuh seperti itu (kemudian beliau
menyebut sesuatu yang aku tidak menghafalnya lantas beliau bersabda)
apabila kalian melihatnya (Al-Mahdi) maka kalian bai’atlah dia meskipun harus merangkak di atas salju, karena dia itu Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Ibnu Majah – dishahihkan Al-Bustawi)
apabila kalian melihatnya (Al-Mahdi) maka kalian bai’atlah dia meskipun harus merangkak di atas salju, karena dia itu Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Ibnu Majah – dishahihkan Al-Bustawi)
Tiga orang anak “Khalifah” akan saling berperang,
memperebutkan “harta perbendaharaan kalian”, kemungkinan besar yang dimaksud
adalah memperebutkan kepemimpinan yang dalam sistem kerajaan, seperti di Arab
Saudi, diwariskan kepada putra mahkotanya. Akan tetapi monarki Saudi tidak
menganut gaya suksesi umumnya sistem Monarki karena pada tahun 1953, seluruh
anak-anak dari raja Abdul ‘Aziz bersepakat bahwa kerajaan akan diwariskan
secara horizontal kepada anak-anak dari Abdul Azis bin Saud. Abdul Azis bin
Saud memiliki kurang lebih 16 orang istri, dan tidak diketahui secara pasti
jumlah anak-anaknya, disinyalir ada lebih dari 100 orang. Akan tetapi, tidak
semua anak Abdul Aziz memiliki kualifikasi sebagai calon raja, dan beberapa
diantaranya juga menolak menjadi Raja sehingga jatah mereka dilewati dan
diserahkan kepada saudaranya yang lain. Senioritas adalah kualifikasi utama
dalam suksesi kerajaan selain pertimbangan karir politik kandidat dalam
pemerintahan. Saat ini yang menjadi Raja adalah Abdullah bin Abdul Aziz (90
tahun), sedangkan pangeran mahkotanya adalah Pangeran Salman (80 tahun).
Keduanya tidak memiliki kondisi kesehatan yang baik karena usia yang uzur,
bahkan tim dokter kerajaan menyatakan bahwa kondisi Raja Abdullah sudah cukup
parah, terkait penyakit yang menimpanya, ada spekulasi yang menyatakan dia
tidak akan bertahan hingga akhir tahun ini – wallahua’lam. Sementara pangeran Salman tidak memiliki ingatan yang
baik (pikun) karena faktor usia. Praktis, pemerintahan banyak dikendalikan oleh
anak Abdul ‘Aziz yang menjadi kandidat Raja paling muda yaitu pangeran Muqrin
(69 tahun), yang 2013 lalu di angkat menjadi deputi Perdana Mentri ke-2. Posisi
deputy PM adalah posisi yang biasa dijabat oleh calon pengganti Raja, dengan
demikian Pangeran Muqrin secara tidak langsung telah ditunjuk sebagai calon
pengganti Raja Abdullah, dan Pangeran Salman. Sebenarnya telah banyak desakan
dari dalam Istana, untuk perubahan pola suksesi Kerajaan Saudi karena generasi
pertama Abdul Aziz seluruhnya sudah lapuk dimakan usia, harus segera dialihkan
kepada generasi kedua Abdul Aziz (para cucu), namun sepertinya anak-anak Abdul
Aziz - yang makin uzur itu - terus menunda-nunda pembicaraan untuk menentukan
jalur anak yang mana Kerajaan akan diwariskan. Tentu saja hal ini berpotensi
menimbulkan konflik di dalam Istana, karena generasi pertama Abdul Aziz
sangatlah banyak, semua menginginkan Kerajaan jatuh ke garis keturunannya
masing-masing, lebih khusus lagi dari keluarga Abdullah, Salman dan Muqrin bani
Abdul Aziz yang saat ini masing-masing menjabat sebagai Raja sekaligus PM, Pangeran
Mahkota sekaligus Deputy PM 1, dan Deputy PM 2. Apakah mereka yang dimaksud
tiga anak khalifah dalam hadits itu?? Wallahua’lam
bishawab!
2.
Seorang Laki-laki Keluar dari Madinah menuju
Mekkah
Kalimat ini menunjukkan bahwa al-Mahdi berasal dari penduduk
Madinah, dan sesuai hadits Rasulullah (Hadits #6);
Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Sekiranya dunia ini tidak tersisa kecuali
hanya sehari, maka Allah akan memanjangkan hari itu, hingga Allah mengutus
seorang laki-laki dariku, atau dari keluargaku; namanya mirip dengan namaku, dan nama bapaknya juga mirip dengan nama
bapakku. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana kezhaliman dan
kesewenang-wenangan pernah memenuhinya." Dalam hadits riwayat Sufyan
beliau mengatakan: "(Dunia) tidak akan pergi, atau tidak akan hancur
hingga seorang laki-laki dari ahli baitku menguasai Arab; namanya seperti
namaku.“ (HR Abu Dawud) – Shahih.
Maka, laki-laki penduduk Madinah itu bernama Muhammad (atau
bisa juga Ahmad) dan nama ayahnya adalah Abdullah. Seorang lelaki arab keturunan
Rasulullah dari jalur Fatimah yang menjadi warga biasa di Madinah, bukan tokoh
politik, bukan pemimpin, tidak memiliki
ambisi menjadi pemimpin, dan tidak pernah menyadari sedikitpun bahwa dirinya
lah bakal calon pemimpin dunia. Ini terbukti ketika kelak dibai’at dia akan
berusaha menolaknya kecuali setelah dirinya diancam untuk dibunuh jika tidak
menerima bai’at.
3.
Baiat Paksa diantara Hajar Aswad dan Maqom
Ibrahim
Abu Fatiah al-Adnani dalam buku “Nubuwat Perang Akhir Zaman”
halaman 37-41 menjelaskan proses pemaksaan kepada Muhammad bin Abdullah untuk
dibaiat, bahkan beliau menjelaskan terjadi kejar-kejaran, Madinah – Mekkah,
Mekkah – Madinah hingga tiga kali antara bakal a-Mahdi dengan orang-orang yang
ingin membai’atnya. Akan tetapi, Abu
Fatiah tidak mengupas hadits berikut sebagai bagian dari peristiwa-peristiwa
pembai’atan al-Mahdi (Hadits #7);
Bersabda Nabi saw: “Pada
bulan Dzulqa’dah qabilah-qabilah saling tarik-menarik dan saling berkhianat,
maka seorang peziarah haji diculik. Lalu terjadi kekacauan di Mina. Banyak yang
terbunuh di sana. Dan mengalirlah darah sehingga darah mereka mengalir di
Aqabah Jumrah. Dan sehingga kaburlah seorang dari mereka dan mendatangi lokasi
antara Rukun dan Maqam. Maka ia dibai’at padahal ia tidak suka. Dikatakan
kepadanya: ”Jika kamu menolak kami akan pukul tengkukmu (tebas lehermu).” Ia
dibai’at oleh sejumlah orang semisal
jumlah Ahli Badar. Mereka disukai oleh penghuni langit dan penghuni bumi.”
(Al-Mustadrak ‘alash-shahihain lil-Hakim)
Hadits di atas secara jelas menunjukkan bahwa proses
pembai'atan terjadi pada saat musim haji. Lebih spesifik lagi, dalam hadits di
atas disebutkan bahwa laki-laki yang akan dibai’at menjadi al-Mahdi adalah
penduduk Madinah yang sedang menunaikan ibadah haji. Saat itu terjadi huru-hara
di Mina, dan huru-hara juga merembet hingga pada saat melakukan jumrah Aqobah, terjadi
banyak pertumpahan darah. Lelaki ini menghindari diri dari kekacauan Mina dan lari
menuju Ka’bah, dimana disana telah menunggu orang-orang yang sebelumnya mengejar-mengejarnya.
Pada saat ia berada diantara rukun Hajar Aswad dan Maqom Ibrahim maka
orang-orang yang jumlahnya 313 orang, karena disebut dalam hadits adalah
semisal Ahli Badar, memaksa dan mengancam laki-laki tersebut (Muhammad bin
Abdullah) untuk menerima bai’at mereka. Akhirnya, Muhammad bin Abdullah dengan
terpaksa menerima bai’at dari orang-orang tersebut. Karena Muhammad bin
Abdullah ini adalah lelaki biasa yg tidak memiliki kecakapan apapun dalam
memimpin, maka Allah swt, dengan kekuasaannya, akan memperbaiki keadaan beliau
agar siap menjadi Imam al-Mahdi dalam waktu semalam (Hadits #8),
"Rasulullah saw
bersabda: "Al Mahdi dari (keturunan) kami, yaitu ahli bait yang Allah
perbaiki (keadaannya) dalam semalam.“ (HR Ibnu Majah & Ahmad) – Shahih.
Maksudnya adalah Allah akan menerima taubatnya, memberi
taufik, memahamkan dan memberinya petunjuk serta segala sesuatu yang
dibutuhkannya untuk menjadi seorang pemimpin dunia. Dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.
4.
Penenggelaman Pasukan Syam di Baida
(Hadits #9)
Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Salam bersabda: "Suatu kaum akan berlindung di rumah ini -yakni
baitullah (Ka’bah)- mereka tidak memiliki pelindung (proteksi, imunitas),
jumlah ataupun senjata. Suatu pasukan dikirim untuk (menyerang) mereka. Saat
berada di “baida” (suatu padang pasir bumi), pasukan itu dibenamkan ke dalam
bumi. Yusuf berkata: Saat itu penduduk
Syam tengah bepergian menuju Makkah. Abdullah bin Shafwan berkata: Demi Allah,
mereka bukan pasukan yang dimaksud. " (HR Muslim) – Shahih.
Hadits di atas menjelaskan beberapa hal, yang pertama,
orang-orang yang pertama kali membai’at al-Mahdi adalah orang-orang biasa yang
tidak memiliki kekuatan politik dan senjata. Pada saat ini, yaitu setelah pembai’atan
pertama, al-Mahdi belum mempunyai kekuatan yang mumpuni untuk sekedar
melindungi diri dan pengikutnya. Sehingga ketika kemudian ada sekelompok orang
(pasukan) dari syam akan memeranginya, Allah dengan Kekuasaan-Nya memberikan
pertolongan. Pasukan ini akan dibenamkan disebuah padang pasir yang disebut
Baida, terletak di antara Mekkah dan Madinah. Dalam hadits #9 di atas terdapat
catatan, bahwa diantara yang Allah tenggelamkan terdapat penduduk Syam yang
tengah bepergian menuju Mekkah, ini bisa dipahami sebab pada saat itu memang
sedang musim haji.
Tentang siapa pasukan ini dan yang mengutusnya, tidak banyak
sumber hadits yang menjelaskan secara rinci. Banyak spekulasi yang beredar
terkait hadits Sufyani namun kami akan mencoba memberikan analisa sesuai
realitas yang dapat kita pahami bersama.
Ketika Muhammad bin Abdullah telah menerima bai’at pertama
itu, maka berita tersebut akan menyebar di Mekkah. Tentu saja bagi kaum Muslim
(ahli Sunnah) itu merupakan kabar gembira, namun bagi kaum Syiah, itu adalah sesuatu
yang harus segera ditumpas, mengapa? Berbeda dengan kaum Muslim, yang
berkeyakinan bahwa al-Mahdi itu tidak dikenal kecuali setelah terpenuhi
tanda-tandanya, kaum Syiah telah menetapkan Imam mereka yang ke-12 sebagai
al-Mahdi, yakni Muhammad al-Askari yang diyakini sedang bersembunyi di sebuah
gua di daerah Sardab, Samarra, yang akan keluar di akhir zaman. Maka kaum syiah
yang sedang berhaji dan berada di sekitar Mekkah, segera menyebarluaskan berita
ini hingga terdengar oleh seorang pemimpin mereka di Syam. Karena tentu saja ini
menyalahi akidah Syiah mengenai al-Mahdi, yang artinya kredibilitas agama Syiah
juga terancam, maka pemimpin Syiah ini akan mengirim utusannya, pasukan elit,
yang siap membunuh Muhammad bin Abdullah yang telah dibai’at oleh beberapa
orang dari kaum Muslim sebagai Imam al-Mahdi. Ketika pasukan tersebut sampai di
Baida, Allah mengirimkan longsor yang menenggelamkan seluruh pasukan ini hingga
binasa kecuali satu atau dua diantaranya, yang kemudian mengabarkan perihal
kejadian tersebut kepada pemimpin yg mengutusnya. Mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa
pasukan dari Syam bisa bebas masuk ke Saudi yang mestinya menjadi wilayah
kekuasaan Raja Saudi? Banyak kemungkinan yang bisa menjawab ini, terutama
dengan realitas yang kita dapati sekarang ini. Agen-agen asing suatu Negara
bisa beroperasi di Negara lain baik untuk kepentingan sepihak (telik sandi),
maupun kepentingan yang sama, seperti kerjasama pertahanan dan militer, atau
kerjasama penanggulangan terorisme regional, dlsb. Bisa saja, pasukan dari
negeri Syam itu sudah lama beroperasi di Madinah untuk operasi khusus, bisa
juga kemungkinan-kemungkinan semisal yang lain. Bahkan jika kita amati di
hadits di atas, yaitu adanya orang-orang Syam yang turut ditenggalamkan dalam
longsor Baida, tapi mereka bukan bagian dari pasukan yang akan memerangi
al-Mahdi. Ini bisa menunjukkan bahwa pasukan tersebut adalah agen khusus yang
membaur bersama jamaah Haji dari Syam – wallahua’lam.
5.
Bai’at Kedua yang Dilakukan oleh Orang-orang
Shalih dari Syam dan Irak
Setelah berita longsor yang terjadi diantara Mekkah dan
Medinah, yang menewaskan sejumlah peziarah haji dan pasukan khusus
berkebangsaan Syam tersebar luas, maka orang-orang soleh di Irak dan Syam yang
mendengar berita ini bergegas menuju Mekkah dan menemui Muhammad bin Abdullah
untuk berbai’at kepadanya di tempat yang sama, sekaligus menjemput beliau
Al-Mahdi untuk memimpin pasukan yang telah disiapkan untuknya di Syam. Secara
realita, tidak mungkin pasukan bersenjata dari Irak dan Syam datang ke Mekkah
untuk berbaiat kepada al-Mahdi di Mekkah, karena tentu mereka akan segera
dihadang oleh pasukan kerajaan Saudi sebelum masuk ke wilayah Saudi. Maka kami
mengambil asumsi yang sama dengan pasukan syam yang ditenggelamkan tadi, bahwa
orang-orang shaleh dari Irak dan Syam ini adalah orang-orang utusan/wakil dari
masyarakat Islam Irak dan Syam yang telah lebih dulu berada di wilayah Hijaz,
yang mempunyai misi khusus yakni berbai’at dan menyampaikan bai’at dari seluruh
penduduk shalih di Irak dan di Syam, serta menjemput al-Mahdi untuk bergabung
dengan orang-orang shalih di Syam, sebagai basis keimanan di akhir zaman.
Jika pada bai’at pertama, orang-orang yang membai’at adalah
orang yg tidak memiliki kekuatan politik ataupun kemampuan militer, maka pada
bai’at yang kedua, orang-orang shalih dari Irak dan Syam ini memiliki kekuatan
politik serta kemampuan militer. Mari kita lihat realitas saat ini. Jika
pembaca mengikuti perkembangan politik timur tengah, pembaca pasti familiar
dengan Daulah Islam fil-Iraqi waSy-Syam, atau Islamic State of Iraq and Sham
(ISIS), atau media barat biasa menyebut ISIL – Islamic State of Iraq and
Levant. Levant adalah sebutan barat terhadap wilayah Syam. Daulah ini adalah
proyek terbaru Mujahidin yang bermula dari deklarasi Daulah Islamiyah fil Iraq,
atau Islamic State of Iraq (ISI) oleh Mujahidin yang dimotori al-Qaeda pimpinan
Syaikh Usamah bin Laden setelah berhasil menguasai beberapa wilayah di Irak.
Tanzim alQaeda kemudian melebur ke dalam ISI. Ketika revolusi Suriah meletus,
ISI mengirimkan bantuan pasukan dan logistic perang, untuk membantu Mujahidin
Suriah dalam melawan kekejaman Bashar Assad, pemimpin Negara Suriah yang juga
seorang Syiah Nushairi. Seiring kesuksesan-kesuksesan Mujahidin dalam menguasai
kota-kota dan wilayah di Suriah, ISI pun berekspansi ke Syam sehingga kemudian
menjadi ISIS. Kami meyakini bahwa ISIS ini adalah pasukan panji hitam yang
disebutkan dalam (Hadits #5), sebab dalam banyak rilisannya mereka selalu
menyatakan hendak menegakkan khilafah yang berlandaskan kenabian, sepak
terjangnya pun sesuai dengan tujuan tersebut. Fitnah-fitnah yang melanda ISIS,
bukan saja dilemparkan oleh musuh-musuh di luar umat Islam, dari dalam justru
lebih dahsyat. ISIS seperti digambarkan dalam hadits, bahwa mereka
ditelantarkan oleh umat Islam, akan tetapi Allah menaklukan wilayah demi
wilayah untuk mereka, meski kebencian para pendengkinya terus berkobar, namun
itu tidak menyurutkan mereka. Saat ini ISIS dipimpin oleh seorang ahlul bait,
syaikh Abu Bakar al-Baghdady al-Husainy hafidzahullah. Dan ISIS juga memiliki
ciri khas dalam benderanya, yaitu bendera
hitam dengan tulisan kalimatu thayyibah dan simbol cincin Nabi.
Maka kini kita bisa saksikan, ISIS telah menguasai beberapa
wilayah di Irak dan Syam, sekaligus mengaplikasikan pemerintahan berdasarkan
syariat Islam yang murni. Bisa jadi, inilah kekuatan politik yang dimiliki oleh
orang-orang shalih dari Irak dan Syam yang mendatangi al-Mahdi di Mekkah untuk
berbai’at dan menyampaikan bai’at dari pimpinan Daulah Islam Irak dan Syam
serta penduduknya – wallahua’lam.
6.
Perang Pertama Al-Mahdi dengan Lelaki Quraisy
Setelah al-Mahdi bergabung dengan pasukan yang telah Allah siapkan
untuknya di Syam, maka ia akan segera menghadapi peperangan-peperangan. Perang
pertama yang akan ia hadapi adalah melawan seorang lelaki Quraisy, sebagaimana
disebut dalam hadits #4 di atas, yang memiliki paman dari bani Kalb yang kaya
raya sehingga ketika Quraisy ini dikalahkan akan menyisakan banyak sekali
ghanimah. Siapakah Quraisy ini? Apakah Bashar Assad? Kami melakukan penelusuran
tentang keluarga Assad dan menemukan bahwa Wikipedia mempunyai informasi
lengkap tentang keluarga Assad ini. Memang tidak diketahui apakah Bashar Assad
memiliki darah Quraisy, namun yang jelas di keterangan Wikipedia, Hafeez
Al-Assad, ayahnya, berasal dari suku Kalbiya (http://en.wikipedia.org/wiki/Hafez_al-Assad#Family).
Dan sejak era Hafiz al-Assad, keluarga Assad menguasai hampir seluruh kekayaan
yang ada di Suriah. Tidak ada proyek penting di Suriah, kecuali dikendalikan
oleh keluarga Assad. Boleh jadi, kelak ketika Assad tumbang, maka umat Islam
akan mendapatkan ghanimah yang melimpah, dari harta yang ditimbun oleh keluarga
Assad ini? Wallahua’lam bi shawab!
Kewajiban
Berbai’at Kepada Imam al-Mahdi
Ketika Imam al-Mahdi telah jelas muncul dan identitasnya
telah diketahui oleh seluruh manusia, maka kewajiban bagi umat Islam adalah
membai’atnya, sesuai hadits #5 di atas. “Ketika
kalian melihatnya (Al-Mahdi) maka ber-bai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak
di atas salju.” Merangkak di atas salju bagi orang-orang Arab adalah
kondisi yang sangat ekstrim, ini menunjukkan bahwa dalam kondisi seekstrim
apapun kita harus berusaha untuk ikut membai’at al-Mahdi – wallahua’lam.
Mungkinkah
Haji 1435 H Adalah Musim Haji Terakhir?
Dalam hadits yang lain terkait huru-hara musim haji dimana
saat itu al-Mahdi akan dibai’at (Hadits #10):
Berkata Abdullah bin
’Amru radhiyallahu ’anhuma: “Manusia pergi haji tanpa Imam. Maka ketika mereka
sampai di Mina tiba-tiba mereka diserang oleh fihak serupa anjing. Maka
marahlah qabilah satu sama lain. Dan saling berbunuhanlah mereka sehingga
mengalir darah di Aqobah. Maka mereka spontan mendatangi orang terbaik di
antara mereka. Maka mereka datanginya dan dia sedang menempelkan wajahnya ke
Ka’bah menangis seolah aku melihat airmatanya. Maka mereka berkata: ”Kemarilah
biar kami bai’at kamu.” Maka ia berkata:”Celakalah kalian berapa banyak
perjanjian telah dilanggar dan berapa banyak darah telah ditumpahkan?” Maka ia
dibai’at dengan paksaan. Jika kalian mengetahuinya maka bai’atlah dia karena
sesungguhnya ialah Al-Mahdi di bumi dan Al-Mahdi di langit.” (Al-Mustadrak ‘alash-shahihain lil-Hakim)
Semenjak runtuhnya khilafah, praktis umat Islam berhaji
tanpa Imam. Umat Islam yang dimaksud disini adalah umat Islam yang benar
tauhidnya, kaum muwahhid, yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu
apapun. Banyak peziarah haji yang hakikatnya adalah kafir (musyrik) dan
munafik, dan hanya Allah saja yang mengetahui hati-hati hamba-Nya. Tidak
mungkin umat Islam muwahid akan mengakui orang-orang seperti itu sebagai
imamnya dalam pelaksanaan haji yang mereka lakukan.
Dalam hadits #10 di atas, disebutkan bahwa jamaah haji di
Mina secara tiba-tiba diserang oleh pihak yang serupa anjing. Siapakah pihak
serupa anjing ini? Ada beberapa kemungkinan yang bisa kita analisa dari
karakteristik binatang anjing. Anjing adalah salah satu binatang yang terkenal
dengan kesetiaannya kepada tuannya. Bisa saja yang dimaksud pihak yang
diserupakan anjing ini adalah pasukan khusus pemerintah yang sangat loyal
terhadap pemerintah. Tapi kemudian akan timbul pertanyaan, apa motif dari pihak
ini secara tiba-tiba menyerang jamaah haji? Kita bisa saja menjawab pertanyaan
itu dengan berbagai hal yang bisa disambung-sambungkan. Kami menawarkan analisa
lain yang mungkin lebih sesuai dengan realita yang sedang kita hadapi saat ini.
Kami melihat, bahwa kaum Syiah, adalah kaum yang bisa diserupakan dengan
anjing. Kenapa? Sebab kaum Syiah, adalah sekelompok manusia yang tidak memiliki
akal sehat ketika dihadapkan dengan fatwa-fatwa para Imam-nya. Apakah pembaca
sekalian pernah menyaksikan orang waras yang mau mengoles kotoran (tinja) orang
lain ke wajahnya sendiri? Hal itu terjadi pada kaum Syiah ini, ketika Imam
mereka mengatakan bahwa kotoran para Imam itu suci dan membawa keberkahan,
serta-merta pengikutnya akan menampung tinja imam-imam mereka untuk dijadikan
krim pelembab wajah atau facial – na’udzubillahi min dzalik! Inilah kaum yang
serupa dengan anjing! Jika benar yang dimaksud kaum yang serupa dengan anjing itu
adalah kaum Syiah, maka perhatikanlah wahai umat Islam beberapa analisa berikut
ini.
Sejak berdirinya Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS), mereka
telah menguasai beberapa wilayah penting yang sebelumnya dikendalikan oleh
pemerintah Syiah. Dan satu hal yang konsisten dilakukan oleh ISIS ketika mereka
menguasai wilayah, selain mereka mengaplikasikan syariat Islam, mereka juga
menghukum/mengeksekusi mati tentara-tentara Syiah yang berhasil mereka tangkap,
dan menawarkan taubat kepada tentara-tentara Muslim yang menjadi penolong
pemerintah Syiah, kemudian mengampuni mereka. Yang lebih bombastis lagi adalah,
ISIS juga menghancurkan seluruh tempat-tempat suci, kuil-kuil, kuburan-kuburan,
dan Mesjid-mesjid yang disakralkan oleh kaum Syiah yang berada di wilayah yang
mereka kuasai. Salah satunya adalah Kuil Uwais al-Qorni di Suriah bagian Timur
(Raqqa), yang telah diratakan dengan tanah oleh ISIS pada bulan Rajab lalu.
Pihak Iran dan Hizbullah secara resmi telah menyatakan kemarahannya atas
penghancuran kuil tersebut. Saat analisa ini ditulis, Mujahidin ISIS tengah
memasuki hari ke-4 penyerangan terhadap kota Baghdad Irak, setelah sebelumnya
telah menguasai Mosul, Kirkuk, Tikrit, Samarra dan Diyala. Bahkan penulis
menerima kabar bahwa Baghdad Utara telah dikuasai oleh Mujahidin ISIS. Saatnya nanti
Baghdad takluk di tangan Mujahidin ISIS, maka seluruh Irak secara de jure akan berada dalam kendali ISIS.
Maka bisa kita bayangkan apa yang akan ISIS lakukan dengan pusat ibadah kaum
Syiah di Karbala. Apa yang akan ISIS lakukan terhadap Kuil Hussain, dan Kuil
Abbas di Karbala? ISIS terbukti tidak pernah kompromi terhadap Syiah, sudah
pasti semua itu akan dihancurkan oleh ISIS. ISIS mentargetkan penguasaan penuh
Irak terjadi sebelum Ramadhan 1435H! Lantas, para pembaca yang budiman,
kira-kira apa implikasinya jika hal ini benar-benar terjadi? Implikasinya
adalah umat Islam berada pada situasi politik yang paling menegangkan sepanjang
sejarahnya dengan kaum Syiah! Situasi ini bisa diibaratkan seperti bahan bakar
gas atau bensin yang terpapar, dimanapun masyarakat Islam yang hidup berdampingan
dengan kaum Syiah, maka hal kecil apapun ibarat percikan api yang akan membakar
konflik yang lebih besar! Karena itu pula, kita WAJIB mengantisipasi salah satu
event besar dimana kaum Syiah dan Muslim akan berkumpul dalam jumlah yang
massif di satu tempat yang sama! Ya,
Ibadah Haji di Mekkah al-Mukaromah bulan Dzulqo’dah 1435H mendatang!
Jauh sebelum ISIS terbentuk dan seluruh peristiwa-peristiwa penghancuran
kuil-kuil Syiah terjadi, penulis pernah melihat sebuah tayangan video di youtube,
menayangkan orasi seorang militant Syiah yang mengancam akan segera merebut
Mekkah dari tangan “Wahabbi”. Kaum Syiah sering menyebut penguasa Saudi sebagai
kaum Wahabbi, bahkan sekarang Syiah menyebut ISIS sebagai Wahabbi Militan. Maka
kita semua bisa mengira-ngira, jika sebelum kuil-kuil mereka dihancurkan saja
mereka begitu bersemangat untuk merebut Mekkah, apatah lagi ketika kuil-kuil sakral
mereka, terutama yang ada di Karbala, telah dihancurkan oleh “Wahabbi Militan”!
Oleh karena itu, melalui tulisan dan analisa ini, penulis
ingin mengingatkan khususnya kepada kaum Muslimin yang hendak menunaikan Haji
tahun 1435H mendatang, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya huru-hara
yang ditimbulkan oleh kaum Syiah yang marah atas hancurnya kuil-kuil mereka
oleh ISIS. Sejatinya, ini adalah peluang emas bagi kalian, jika Allah
menghendaki ketetapan munculnya Imam al-Mahdi bersamaan dengan huru-hara itu
menjadi sebuah takdir, yaitu kalian bisa ikut membai’atnya langsung, tentunya
dengan izin Allah (maka mintalah kepada-Nya). Bagaimanapun, hanya orang-orang
terpilih saja yang akan membai’at al-Mahdi pada bai’at pertama di Ka’bah. Kemudian,
secara umum ditujukan kepada kaum muslimin dimanapun berada, termasuk kepada
penulis sendiri, untuk menyiapkan diri menghadapi event besar yang in-sya Allah
akan segera kita hadapi – bi idznillah. Pastikan kita berada dipihak yang
mendukung al-Mahdi, seandainya kita belum mampu bergabung dengannya.
Semoga Allah memberikan kemampuan kepada kita untuk berbai’at
dan bergabung bersama al-Mahdi ketika Allah telah mengijinkannya untuk tampil
ke dunia, aamiin Yaa Robbal ‘aalamiin…
Wallahua’lam bishawab, wallahul Musta’an