Kamis, 01 April 2010

Sejarah Keemasan Ke-Khilafahan

Sebagaimana telah dimaklumi, hampir 2 abad ideologi Kapitalisme mendominasi kehidupan umat manusia di dunia, termasuk di negeri ini, hingga hari ini. Apa hasilnya.? Tulisan ini hanya akan memaparkan dari dua sisi saja: ekonomi dan pendidikan.. Pertama: dari segi ekonomi. Selama dunia dipimpin ideologi Kapitalisme, terdapat 1,214 miliar orang miskin pada tahun 1997 saja (20% dari penduduk dunia); 1,6 miliar jiwa (25%) penduduk dunia lainnya hidup hanya dengan 1-2 dolar AS perhari. (The United Nations Human Development Report, 1999). Lebih dari 800 juta menderita kelaparan di seluruh dunia. Setiap hari, di seluruh dunia kira-kira 50 ribu orang meninggal akibat kurangnya kebutuhan tempat tinggal, air yang tercemar, dan sanitasi yang tidak memadai. (Shukor Rahman, New Straits of Malaysia Times, 2001). Indonesia sendiri saat ini termasuk dalam kelompok negara-negara miskin di dunia. Laporan Bank Dunia terbaru menyebutkan, lebih dari 100 juta penduduk negeri ini berada di bawah garis kemiskinan. Menurut hasil Susenas 2003, diperkirakan sebanyak 5.7 juta balita (27,3%) mengalami masalah gizi buruk; 8%-nya (1.67 juta balita) mengalami busung lapar. (Kompas, 28/5/2006). Ingat, fakta nyata ini terjadi di negeri yang subur dengan kekayaan alam yang melimpah-ruah. Penerapan idelogi Kapitalisme juga telah menciptakan masalah pengangguran. Pada akhir 1998, di seluruh dunia kira-kira 1 miliar pekerja (1/3 dari tenaga kerja dunia) menjadi pengangguran atau setengah pengangguran. (World Employment Report 1998-1999, International Labor Organization). Di Indonesia, menurut Center for Labor and Development Studies (CLDS), total pengangguran 42 juta orang pada 2002; 43,6 juta pada 2003; dan 45,2 juta pada 2004 (Republika, 13/5/02). Kedua: di bidang pendidikan. Akibat krisis ekonomi, di Indonesia sekitar 4.5 juta anak Indonesia harus putus sekolah. Kualitas pendidikan rakyat Indonesia juga makin rendah. Menurut UNESCO (2000) IPM Indonesia makin payah. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-109 (1999). Menurut Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan terakhir dari 12 negara di Asia. Pendidikan Indonesia justru dihiasi dengan ragam tindak kriminal. Hasil survei di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat menunjukkan bahwa sekitar 92% anak usia di bawah 18 tahun menjadi pengguna narkoba; sebagiannya bahkan sekaligus menjadi pengedar narkoba. (Media Indonesia, 23/6/06). Itulah di antara “karya nyata” ideologi Kapitalisme yang diterapkan di dunia, termasuk di Indonesia. Khilafah: Melahirkan Hidup Berkah Berbeda dengan keadaan saat ini yang dikuasai oleh ideologi Kapitalisme, pada masa Kekhilafahan Islam sepanjang sejarahnya, kemakmuran dan kesejahteraan justru dirasakan oleh semua orang, Muslim maupun non-Muslim. Pertama: dari segi ekonomi. Kemakmuran ekonomi sepanjang sejarah Kekhilafahan Islam pada masa lalu benar-benar nyata. Sekadar contoh, gambaran tersebut terjadi pada dua masa yang berbeda: masa Khalifah Umar bin al-Khaththab (era Khulafaur Rasyidin) dan masa Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz (era Kekhilafahan Bani Umayah). Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab selama 10 tahun, kesejahteraan merata ke segenap penjuru negeri. Abu Ubaid menuturkan (Al-Amwâl, hlm. 596) bahwa dalam tiga tahun saja masa pemerintahan Khalifah Umar, di wilayah Yaman saja, setiap tahun Muadz bin Jabal mengirimkan separuh bahkan seluruh hasil zakat yang dipungutnya kepada Khalifah Umar. Harta zakat itu tidak dibagikan kepada kalangan fakir-miskin. Masalahnya, kata Muadz, “Saya tidak menjumpai seorang (miskin) pun yang berhak menerima bagian zakat.” (Al-Qaradhawi, 1995). Ghanîmah juga melimpah pada masa Khalifah Umar. Setelah Penaklukan Nahawand (20 H) yang disebut fath al-Futûh (puncaknya penaklukan), misalnya, setiap tentara berkuda mendapatkan ghanîmah sebesar 6000 dirham (senilai Rp 75 juta), sedangkan masing-masing tentara infanteri mendapat bagian 2000 dirham atau senilai Rp 25 juta. (Ash-Shinnawi, 2006). Adapun pada masa Khalifah Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, meskipun masa Kekhilafahannya cukup singkat, hanya sekitar 3 tahun (99-102 H/818-820 M), setiap warga negara juga merasakan kemakmuran dan kesejahteraan yang sama. Ibnu Abdil Hakam (Sîrah Umar bin Abdul ‘Azîz hlm. 59) meriwayatkan bahwa Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu, pernah berkata, “Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikannya kepada orang-orang miskin. Namun, saya tidak menjumpai seorang pun. Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan semua rakyat pada waktu itu berkecukupan.” (Al-Qaradhawi, 1995). Pada masanya, Gubernur Basrah juga pernah mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz, “Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri khawatir mereka akan menjadi takabur dan sombong.” (Al-Qaradhawi, 1995). Kedua: bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sepanjang sejarahnya, Khilafah Islam sangat peduli terhadap dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan. Pada masa Kekhilafahan Umar bin al-Khaththab saja, Khalifah Umar memberikan gaji kepada para pengajar al-Quran masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas. Jika 1 gram emas Rp 100.000,00, 1 dinar berarti setara dengan Rp 425.000,00. Artinya, gaji seorang guru ngaji adalah 15 (dinar) X Rp 425.000,00 = Rp 6.375.000,00. Ini berarti lebih dari 2 kali lipat dari gaji seorang guru besar (profesor) di Indonesia dengan pengabdian puluhan tahun. Para khalifah juga sangat peduli terhadap dunia perbukuan. Pada abad ke-10, misalnya, di Andalusia saja terdapat 20 perpustakaan umum. Perpustakaan Cordova, misalnya, memiliki tidak kurang dari 400 ribu judul buku. Ini termasuk jumlah yang luar biasa untuk ukuran zaman itu. Padahal empat abad setelahnya, dalam catatan Chatolique Encyclopedia, Perpustakaan Gereja Canterbury saja—yang terbilang paling lengkap pada abad ke-14—hanya miliki 1800 (1,8 ribu) judul buku. Perpustakaan Darul Hikmah di Kairo juga mengoleksi tidak kurang 2 juta judul buku. Perpustakaan Umum Tripoli di Syam—yang pernah dibakar oleh Pasukan Salib Eropa—bahkan mengoleksi lebih dari 3 juta judul buku, termasuk 50 ribu eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Di Andalusia, pernah pula terdapat Perpustakaan al-Hakim yang menyimpan buku-bukunya di dalam 40 ruangan. Setiap ruangan berisi tidak kurang dari 18 ribu judul buku. Artinya, perpustakaan tersebut menyimpan sekitar 720 ribu judul buku. Pada masa Kekhilafahan Islam yang cukup panjang, khususnya masa Kekhalifahan Abbasiyah, perpustakaan-perpustakaan semacam itu tersebar luas di berbagai wilayah Kekhilafahan, antara lain: Baghdad, Ram Hurmuz, Rayy (Raghes), Merv (daerah Khurasan), Bulkh, Bukhara (kota kelahiran Imam al-Bukhari), Ghazni, dsb. Lebih dari itu, hal yang lazim saat itu, di setiap masjid pasti terdapat perpustakaan yang terbuka untuk umum. Rata-rata pengunjung perpustakaan pada masa Kekhilafahan Islam ini mendapatkan segala alat yang diperlukan secara gratis, seperti pena, tinta, kertas, dll. Seorang ulama seperti Yaqut ar-Rumi bahkan memuji para pengawas perpustakaan di kota Mer Khurasan karena mereka mengizinkan peminjaman sebanyak 200 buku tanpa jaminan apapun perorang. Ini terjadi masa Kekhalifahan Islam Abad 10 M. Penghargaan para khalifah terhadap para ulama/ilmuwan juga sangat tinggi. Bahkan para khalifah memberikan penghargaan yang sangat besar terhadap para penulis buku, yaitu memberikan imbalan emas seberat buku yang ditulisnya. Bisa dibayangkan jika seorang ulama menulis lebih dari satu judul buku. Faktanya, para ulama/ilmuwan Muslim pada masa lalu adalah orang-orang yang produktif dalam menghasilkan karya berupa buku. Di antara mereka bahkan ada yang menulis puluhan atau ratusan judul buku, berjilid-jilid pula. Itulah secuil gambaran kerberhasilan berupa kemakmuran dan kesejahteraan yang dicapai oleh Khilafah Islam sepanjang sejarahnya. Khilafah: Pilihan Akal Sehat Pertanyaannya, mengapa Khilafah pada masa lalu mampu menciptakan kemakmuran, kesejahteraan dan keberkahan hidup? Kuncinya tidak lain adalah syariah Islam yang diterapkan secara total oleh Khilafah dalam seluruh aspek kehidupan. Mahabenar Allah Yang berfirman: "Tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam". (TQS al-Anbiya’ [21]: 107). Maknanya, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad saw.—dengan membawa syariah-Nya—adalah untuk menciptakan kemaslahatan dan keberkahan bagi alam ini. Sebaliknya, mengapa ideologi Kapitalisme banyak menciptakan kesengsaraan dan kesempitan hidup bagi umat manusia? Tidak lain karena ideologi ini berpaling bahkan bertentangan dengan syariah-Nya. Mahabenar pula Allah Yang berfirman: "Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, baginya kehidupan yang sempit dan pada Hari Kiamat kelak Kami akan membangkitkannya dalam keadaan buta. (TQS Thaha [20]: 124). Walhasil, pilihan pada akhirnya ada pada diri kita. Mau hidup di bawah naungan Khilafah yang menerapkan syariah—yang telah terbukti melahirkan keberkahan hidup—ataukah tetap berkubang dalam kehidupan saat ini yang dikuasai oleh ideologi Kapitalisme, yang telah terbukti melahirkan kesengsaraan dan kesempitan hidup.? Akal sehat pasti akan memilih yang pertama. Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.

Rabu, 31 Maret 2010

Antrian Tiket Neraka

Pagi tadi tidak seperti biasanya, memasuki areal parkir basement Gedung Plaza Mutiara harus sedikit antri, meski tidak terlalu panjang. Karena biasanya saya sampai kantor sekitar jam 10 siang tidak pernah antri seperti itu, saya pikir mungkin sedang ada acara di Hotel Marriot sehingga banyak tamu berdatangan untuk memarkir kendaraannya. Areal parkir juga demikian, biasanya banyak space yang kosong, sampai-sampai saya punya kavling parkir sendiri di basement 1, pagi tadi sudah terisi kendaraan lain, sehingga saya terpaksa sedikit menyingkir ke bawah, ke basement 2. Saya kemudian bergegas ke kantor di lantai 8 melalui lift barang, seperti biasanya.

Adzan Dzuhur berkumandang, tidak terasa dua jam telah berlalu, belum banyak pekerjaan kantor yang saya lakukan. Saya lebih tertarik dengan perkembangan berita-berita seputar Gayus Tambunan dan artikel-artikel di situs eramuslim. Sejenak kemudian, saya bergegas menuju musholla gedung yang berada di Basement 1 untuk menunaikan shalat dzhuhur dan break makan siang. Pemandangan yang tidak biasa kembali saya jumpai sesampai di Basement 1. Begitu pintu lift terbuka, ramai anak-anak muda usia belasan tahun (ABG), bahkan beberapa terlihat masih mengenakan seragam SMU, berebut memasuki lift. Untungnya ada petugas berbaju hitam, belakangan saya tahu petugas itu adalah staff PT Java Musikindo, perusahaan milik selebrity Adrie Subono. Sehingga saya dan beberapa orang akhirnya bisa keluar dari lift. Tapi saya kemudian kesulitan memasuki Musholla karena posisi musholla persis disamping pintu lift tersebut. Sayapun kemudian mendekati seorang petugas sekuriti yang sedang melepas sepatunya, sepertinya akan menunaikan sholat juga, dan bertanya. "Pak, ini anak-anak ABG pada ngantri apaan sih, kok rame banget?" Dengan entengnya bapak sekurity ini menjawab, "pada ngantri buat beli tiket ke neraka, mas! Kita mah beli tiket ke surga aja yok!" seraya membantu saya menyingkirkan kumpulan anak-anak yang menghalangi jalan ke tempat wudhlu. Tidak lama saya mengetahui dari obrolan anak-anak tadi, mereka sedang antri untuk mendapatkan tiket sebuah konser musik yang pagi ini mulai dijual oleh PT Java Musikindo di lantai 2 dengan harga khusus. Sayapun shalat Dzhuhur yang ironisnya hanya berdua dengan bapak sekuriti tadi.

Selepas shalat, saya menuju kantin tak jauh dari Musholla untuk makan siang. Kantin nasi Padang ini juga terlihat lebih ramai dari biasanya. Saya duduk disamping sekumpulan gadis-gadis ABG yang tengah asyik mengobrol, karena memang tidak ada tempat yang tersedia selain itu. Dari obrolan mereka aku mendapatkan beberapa informasi seputar konser musik tadi. Rupanya, Adrie Subono - Java Musikindo - berhasil mendatangkan penyanyi asal Amerika yang lebih dikenal dengan nama Pitbull. Jujur, saya tidak update untuk urusan musik, jangankan internasional, level nasional saja saya gak ngikutin, jadi mendengar nama grup musik Pitbull inipun baru hari ini. Gadis-gadis disamping saya tampak selesai menyantap makan siang, tapi mereka tetap mengobrol dengan asyiknya. Salah satu dari mereka mengeluarkan sebungkus rokok, kemudian gadis-gadis itu semua merokok sambil melanjutkan obrolan mereka.

Tingkah polah anak-anak ABG tadi mengingatkan saya dengan tayangan-tayangan sinetron di televisi kita, saya tidak tahu pasti apakah tontonan itu yang menjadi tuntunan anak-anak remaja sekarang, ataukah memang itu gambaran kehidupan remaja kita saat ini, terutama mereka yang hidup di kota-kota besar macam Jakarta. Ironis sekali melihat mereka rela berjam-jam antri untuk mendapatkan tiket konser, mengeluarkan uang ratusan ribu demi konser ini, setahu saya harga tiket yang paling murah adalah Rp 250.000, bahkan ada yang sudah berjam-jam mengantri begitu dapat giliran ternyata uangnya kurang, dan harus ambil uang lagi kemudian mengantri lagi dari belakang, luar biasa! Siapakah pitbull ini sehingga kok begitu besarnya pengorbanan remaja-remaja tersebut untuk sekedar menonton konser mereka?

Setelah melakukan sedikit searching melalui internet, saya menemukan detail informasi mengenai Pitbull ini. Rupanya, Pitbull bukanlah group musik, tapi nama panggung dari seorang Rapper Amerika keturunan Cuba yang nama aslinya adalah Armando Christian Perez berusia 29th. Latar belakangnya cukup kelam, broken home sejak kecil dan diasuh ibunya yang bercerai dengan ayah Perez. Umur 16th, Perez diusir oleh ibunya karena terlibat dalam perdagangan narkoba. Keberuntungan kemudian menghampiri pemuda ini karena bakatnya dalam musik hip hop reggae, mengantarkannya ke jalur selebritis yang kemudian terkenal bukan saja di Amerika, tetapi juga di mancanegara, termasuk Indonesia. Jika anda coba mengakses official website pitbull, maka anda akan disuguhkan gambar-gambar wanita dengan pakaian cukup terbuka, khas selebrity Amerika.

Sungguh malang remaja kita yang entah disadari atau tidak telah memberikan sebagian wala' nya kepada orang semacam ini, sehingga mereka rela melakukan apa saja hanya demi menonton konsernya. Saya sendiri, hanya bisa beristighfar, memohon ampunan atas kelemahan diri saya dalam dakwah. Saya mungkin lebih memahami dien ini ketimbang remaja-remaja tadi, tapi kelemahan dalam dakwah sungguh menghinggapi diri saya. Saya hanya bisa menyaksikan dengan kebencian dalam hati. Ya Allah, berikan kekuatan kepada hamba agar mampu membela dien Mu dan menyelamatkan generasi-generasi umat Mu dari jurang kehancuran, amin.

Selasa, 09 Maret 2010

NEGARA AMERIKA SERIKAT DIBANGUN DARI EMAS PAPUA

Freeport adalah pertambangan emas terbesar di dunia! Namun termurah dalam biaya operasionalnya. Sebagian kebesaran dan kemegahan Amerika sekarang ini adalah hasil perampokan resmi mereka atas gunung emas di Papua tersebut. Freeport banyak berjasa bagi segelintir pejabat negeri ini, para jenderal dan juga para politisi busuk, yang bisa menikmati hidup dengan bergelimang harta dengan memiskinkan bangsa ini. Mereka ini tidak lebih baik daripada seekor lintah!

Akhir tahun 1996, sebuah tulisan bagus oleh Lisa Pease yang dimuat dalam majalah Probe. Tulisan ini juga disimpan dalam National Archive di Washington DC. Judul tulisan tersebut adalah “JFK, Indonesia, CIA and Freeport.”

Walau dominasi Freeport atas gunung emas di Papua dimulai sejak tahun 1967, namun kiprahnya di negeri ini sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Dalam tulisannya, Lisa Pease mendapatkan temuan jika Freeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangrut berkeping-keping ketika terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959.

Saat itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terkena imbasnya. Ketegangan terjadi. Menurut Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.

Ditengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen. Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di perpustakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.

Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pemimpin Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya diseluruh dunia, maka kandungan biji tembaga yang ada disekujur tubuh Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata.

Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survey dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. bbPenelitiannya ini kelak ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah. Dari udara, tanah disekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari.

Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak!! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama GOLD MOUNTAIN, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar dalam waktu tiga tahun sudah kembali modal. Pimpinan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur meneken kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.

Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.

Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah spertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda, akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.

Ketika itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang ada di gunung tersebut.

Dampak dari sikap Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pemimpin Freeport jelas marah besar. Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan!

Segalanya berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan Kennedy merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika.

Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil sikap yang bertolak belakang dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya. Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C.Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport.

Tokoh yang satu ini memang punya kepentingan besar atas Indonesia. Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.

Augustus C.Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya. Mungkin suatu kebetulan yang ajaib. Augustus C.Long juga aktif di Presbysterian Hospital di NY dimana dia pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA.

Lisa Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini. Antara tahun 1964 sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pemimpin Texaco. Apa saja yang dilakukan orang ini dalam masa itu yang di Indonesia dikenal sebagai masa yang paling krusial.

Pease mendapatkan data jika pada Maret 1965, Augustus C.Long terpilih sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Augustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelejen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di Negara-negara tertentu. Long diyakini salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai Our Local Army Friend.

Salah satu bukti sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, yang menyatakan jika kelompok Jendral Suharto akan mendesak angkatan darat agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan. Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu benar adanya.

Awal November 1965, satu bulan setelah tragedi terbunuhnya sejumlah perwira loyalis Soekarno, Forbes Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan apakah Freeport sudah siap mengekplorasi gunung emas di Irian Barat. Wilson jelas kaget. Ketika itu Soekarno masih sah sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967, lalu darimana Williams yakin gunung emas di Irian Barat akan jatuh ke tangan Freeport?

Lisa Pease mendapatkan jawabannya. Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak dengan tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia. Mereka adalah Menteri Pertambangan dan Perminyakan Ibnu Soetowo dan Julius Tahija. Orang yang terakhir ini berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport. Ibnu Soetowo sendiri sangat berpengaruh di dalam angkatan darat karena dialah yang menutup seluruh anggaran operasional mereka.

Sebab itulah, ketika UU no 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang didektekan Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Suharto adalah Freeport!. Inilah kali pertama kontrak pertambangan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah merugikan Indonesia.

Untuk membangun konstruksi pertambangan emasnya itu, Freeport mengandeng Bechtel, perusahaan AS yang banyak mempekerjakan pentolan CIA. Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel, sedangkan mantan Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional di tahun 1978.

Tahun 1980, Freeport menggandeng McMoran milik “Jim Bob” Moffet dan menjadi perusahaan raksasa dunia dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun.

Tahun 1996, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A.Maley, menulis sebuah buku berjudul “Grasberg” setelab 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki deposit terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar didunia.

Maley menulis, data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar dollar AS dan masih akan menguntungkan 45 tahun ke depan. Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis jika biaya produksi tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang ada di Irian Barat itu merupakan yang termurah di dunia!!

Istilah Kota Tembagapura itu sebenarnya menyesatkan dan salah. Seharusnya EMASPURA. Karena gunung tersebut memang gunung emas, walau juga mengandung tembaga. Karena kandungan emas dan tembaga terserak di permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan kemudian baru menggalinya dengan sangat mudah. Freeport sama sekali tidak mau kehilangan emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Grasberg-Tembagapura sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut Arafuru dimana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan mengangkut emas dan tembaga itu ke Amerika. Ini sungguh-sungguh perampokan besar yang direstui oleh pemerintah Indonesia sampai sekarang!!!

Kesaksian seorang reporter CNN yang diizinkan meliput areal tambang emas Freeport dari udara. Dengan helikopter ia meliput gunung emas tersebut yang ditahun 1990-an sudah berubah menjadi lembah yang dalam. Semua emas, perak, dan tembaga yang ada digunung tersebut telah dibawa kabur ke Amerika, meninggalkan limbah beracun yang mencemari sungai-sungai dan tanah-tanah orang Papua yang sampai detik ini masih saja hidup bagai di zaman batu.

Freeport merupakan ladang uang haram bagi para pejabat negeri ini, yang dari sipil maupun militer. Sejak 1967 sampai sekarang, tambang emas terbesar di dunia itu menjadi tambang pribadi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Freeport McMoran sendiri telah menganggarkan dana untuk itu yang walau jumlahnya sangat besar bagi kita, namun bagi mereka terbilang kecil karena jumlah laba dari tambang itu memang sangat dahsyat. Jika Indonesia mau mandiri, sektor inilah yang harus dibereskan terlebih dahulu.

Source: http://mediakata.blogdetik.com/2010/03/10/negara-amerika-serikat-dibangun-dari-emas-papua/#991102866

Jumat, 05 Maret 2010

No Real Truth in Democracy

At least, that was what I got in my mind when observing legislators actions in the media nowadays. Once, I looked them in TV fought each other like bunch of kids in a playground. No wonder, Gusdur once said they look like a kindergarden students because of their actions. Gusdur may be right about this.

Some people said that it was wrong with the people, not the system. Gusdur's words more or less aimed to this opinion. I am totally sure that Gusdur will defend to death that it is no wrong with the system (read Democracy). What do you think if we questioned him, which one better for us - sharia law or democracy, I would bet the democracy is his answer.

Lets forget about Gusdur, he met his fate anyway. May Allah forgive him, of course if he didn't do any unpardonable sins, Allah will forgive him, insha Allah.

Two days ago, when our legislators were heated in the special committee of Century Gate grand final meeting, metroTV was satirically play some video documentations that show chaotic legislator meeting in many countries. If I'm not mistaken, it showed legislators chaotic meeting in Japan, Ukraine, South Korea and some other countries. Well, to me it's quite explaining that the problem is really on the system, the democracy itself!

Why did they fighting each other?! Of course, because they couldn't keep their temper. Then, why they got their temper? Answer is, because they have different standpoints about an issue. They have different standpoints to say which one is true, which one is false. In democracy people are free to think based on their own standard. And definitely, their standard will be based on their political purposes. So, you won't get any TRUTH from such system, because your TRUTH may be some other people's FALSEHOOD, and it must be negotiated each one to another!! There's no definition at all!! In some cases, people will wholeheartedly accept the differences, mostly in small differences, in this circumstance people will say the good of democracy. But how do you feel if you find some people are trying to deny an obvious TRUTH?! For instance, you were eye-witnessing a man stole some money, what will you do when the man's friend defended him and said he didn't steal anything?! I believe you are going to be mad, and if you are a warrior type of person, you'll definitely fight against them!! In Democracy, the stealer could be free to go if he got many friends vote for him, and you - the witness - could ironically become the suspect depends on how many friends vote for you. So, If you don't have many friends, don't expect to win in this system. You will negotiate a TRUTH to survive.

And today, I found another reality about democracy. That is no one really really intends to find or reveal or defend the TRUTH. They seem to do so, but they don't! The only intention is political purposes. Why I said that?! I'll tell you later.

Well, the grand final meeting was resulting a recommendation. Fortunately, the TRUTH won this battle. 5 fractions supported options C, and 4 fractions did not. Truly, I don't really understand what are options A, B, C :)), I only knew option C is mentioning some names who are responsible in the Century Gate and to recommends the executive to pursue law inspection of crime actions within the Century Gate Policy. But, who care?! Last night, our President, the executive leader, had an official speech regarding the recommendation from legislators. As usual, it's difficult to say whether he agree or disagree with the recommendations, but most likely he doesn't. He said that Century Gate was a government policy to save the economical situation of the country at that time. And a policy is not a crime. That is what I can conclude from his speech. No wonder, otherwise his political purposes are in danger. Either way, he might also involved in those mess (I believe so).

Related with that speech, I read comments from 2 ministers - who were originally from a party which was recommending a "guilty" on Century Gate Policy. In a normal sense, their comments supposedly against the President's opinion, in fact they surprisingly didn't. Instead, the communication and information minister praised the President's speech. May be he doesn't want to be reshuffled, I guess. In the other place, The Social minister a bit gentleman, he said he is ready if the President eventually keen to reshuffle him, though he argued that the recommendation in the legislative was only political options of his party. And when it spoken that his party just betrayed the coalition, he then said, "There is no betrayal, the special committee is not judiciary committee (who decides guilty or not), that is the important thing". You can find these comments on their party's official website.

That's it. No one really fought for the real TRUTH in this kind of system (democracy). Their actions were totally acting. They did so, because the TRUTH was too obvious to deny. The parties should look struggling for the TRUTH, otherwise hundred millions of people watched them through TV broadcast, what'd they say...??!!!!

At the end, we'll again frustrated, there's no real intention from people who control this country, to make the government clean, to serve people equitably and to lead us into peace and welfare.

So why do you believe in this system??

Islam is the only solution for life. The only standard in Islam is the TRUTH from the only LAWMAKER, Allah SWT, and sunnah Mohammed SAW, His messenger. We called it, Sharia Law. People can't decide other than the TRUTH. Its no way for absurd decision in sharia. Everything will be decided equitably and indiscriminately. There is a promise from the Creator, if sharia being upheld, justice and welfare will be spread over the country indiscriminately!

If those who admit themselves as moslem are doubt in this, don't ask to them who don't....

What kind of moslem are you? What made you Moslem? The holy words of syahadah? Do you aware that the words have many consequences?! LEARN IT!! LEARN IT!! LEARN IT! Until you get clear on it! It is part of your Iman, it's Akidah. Do not just believe to some recent preachers. You MUST LEARN it by yourself!! Take sources from advance preachers, salafus shaleh, the elder generation of Preachers, because they have the cleaner sight and straighter path of Islamic teachings, especially in part of akidah/tauhid. REMEMBER!! Akidah is the base of everything in Islam, once it falsed, everything you did will totally useless!! Even if you thought you have done many things in the way of dakwah, you pray 5 times, pay your zakat, fasting of Ramadhan, went to to Hajj or Umrah, and other good deeds. It will be such a waste. So behold your Akidah, behold!!!!

There are many printed books from advanced Preachers in bookstore, you can find a good book such "Fathul Majid". Don't believe into some Preachers who persuade you into democracy. Democracy is Thogut (something other than Allah who took His authority), they are fake, they sell Islam for their prosperous life. Quran mentioned that Allah sent His messenger just to make people worship only to Him and to make people away from Thogut. Preachers supposed to be Messenger's testators, so they don't invite you into Thogut!!! Do you know what is Thogut??!? Is Democracy a Thogut??!! LEARN IT!!!


Depok
Abu Musyaffa

Sabtu, 20 Februari 2010

New Face, New Life

Assalamu'alaikum readers,

If you see my photo profile, don't be shocked, it is me! Really! It's technology, so don't be a plebeian.

My heart is as well - hope to be changed drastically as my face is, from moderate moslem into conservative moslem. But may be its not as bad as your imagination. Well, I will tell you my story...

I used to be a moslem as other ordinary moslem you can find in Indonesia. I used to practicing all Islamic teachings, and am now -actually. It just, now, I feel all of my practices such as the 5 times praying (shalat), fasting, ect, be more meaningful for my spirit.

I am trying to clean my faith with the cleanest iman, implementing the meaning of Laa ilaaha illaLlah with all the consequences associated with it. It is not easy, even very hard. Because if you live in modern day, there are many things distract you from implementing these words purely.

It is not much changes on how my day to day life, because this is the hardest part, you got to believe me! But the important thing is to direct your heart into quran and sunah as the only guidance or law for your life. Ibnul Qoyyim al Jauziah once mentioned nice saying: "I don't afraid about my sins, because there are always chances of forgiveness. What I do afraid of is, my heart turns away from taking Quran and Sunnah as the only law, I sincere and deceived by human's falsity, so then no more bestow from the Almighty".

Life in this era, where democracy is adopted in many Islam countries includes Indonesia, we will be deceived by some teachings such that democracy is part of Islam, or democracy is aligned with Islam. However, Allah gave us a sense to think, and a logic to filter. How could democracy aligned with Islam, while their meanings are so contrast. Democracy means people power where human's law is the supremacy. While Islam only recognizes Allah's Law (Quran and Sunnah) as the only law. If you interested to understand this more deeply, just visit Millah Ibrahim site as provided in my favorite links above. May Allah give you His guidance on this, amen.

So here I am, I reject democracy to enter into my life. I throw away it and all of its products, and trying back to the originality of Islamic teachings. No more party for me. My friends used to link me with some Islamic political party, because I was, indeed, part of it. I am trying to erase that thing also.

I realize that there are many Islamic preachers, especially who are incorporated within political parties, either in Indonesia and in many other countries, who have different view on this. But since this matter is strongly related with Akidah, I need to choose the most careful standpoint which treat democracy as the opposite of Islam. I can only pray to Allah the guidance for them, includes to my friends who are still deceived by this teachings, and for sure to all of Moslem.

Now I am getting more understand why moslem became the weakest community, it because they leave Islam, and substitute it with other ideology. Moslem will only got their victory, when they use the original Islam as the only ideology, the only way of life.

Depok, Feb 21, 2010
Abu Musyaffa