Casino, semua orang tahu apa itu Casino, tapi apa gerangan hubungannya dengan Demokrasi? Penulis akan coba sedikit mengupas tentang Casino, tentunya berdasarkan pengetahuan penulis yg bersumber dari informasi yg diriwayatkan oleh Google, dan kemudian apa hubungannya dengan Demokrasi.
Sebagian besar orang menganggap Casino adalah tempat orang-orang (yang sesat dari petunjuk agama) mencari uang melalui berbagai macam permainan yang bersifat untung-untungan atau sering kita sebut judi. Anggapan ini tidak salah, meski tidak sepenuhnya benar. Karena justru kebanyakan orang yang datang ke Casino adalah orang-orang yang hendak, entah sadar atau tidak, membuang-buang kekayaan mereka. Awalnya mungkin benar, orang mengira ia bisa mendapatkan banyak uang dari permainan Casino, tapi ia mungkin tidak sadar bahwa bandar Casino tentunya memiliki kendali atas permainan-permainan tsb.
Wahana-wahana yang ada dalam Casino adalah permainan yang sudah dihitung sedemikian rupa sehingga secara statistik akan memberikan keuntungan kepada bandar. Memang akan selalu ada saja penjudi yang memenangkan permainan dan membawa pulang uang banyak, tapi tidak pernah ada ceritanya kalau bandar Casino bangkrut! Justru disinilah letak tipuannya. Penjudi yang menang akan merasa telah bisa menguasai permainan sehingga ia akan makin penasaran untuk menang lebih banyak, iapun akan kembali lagi untuk bermain di kemudian hari. Di sisi lain, permainannya juga telah dirancang sedemikian rupa sehingga bisa memberikan efek penasaran dan ketagihan kepada para pemainnya. Mungkin pembaca ada yang pernah menikmati masa kecil dimana permainan ding dong sedang populer-populernya (di era 80-90an), begitulah rasa penasaran dan ketagihan yang ditimbulkan oleh permainan Casino. Bahkan dulu sewaktu kecil (usia SD) penulis sering sengaja tidak jajan seminggu demi sebuah permainan dingdong di akhir pekan, bersama kawan-kawan masa kecil penulis. Padahal tidak ada iming-iming mendapatkan hadiah apapun, hanya demi kesenangan belaka.
Kembali lagi ke Casino, lalu setelah penjudi sadar bahwa bandar memegang kendali permainan dan "menipu" mereka, apakah membuat para penjudi kapok bermain? Bagi penjudi polos yang memang niatnya tulus untuk mencari uang, mungkin ia akan kapok. Tapi rupanya banyak penjudi yang hanya bermain demi kesenangan semata. Buktinya, berdasarkan riset kecil penulis, di setiap Casino di Amerika pasti menyediakan fasilitas "comp", atau compliment, yaitu fasilitas yang diberikan "gratis" kepada pemain judi seperti makan-minum di restoran Casino, menginap di hotel Casino, ataupun transportasi limousine, yang bisa dipilih tergantung jumlah point comp yang ia kumpulkan selama bermain judi. Banyak orang yang bermain sekedar untuk rekreasi dan mendapatkan point comp sehingga ia bisa menikmati fasilitas-fasilitas tadi disamping permainan judi itu sendiri. Lucunya, point comp itu sejatinya dihitung sebesar 10% hingga 40% dari total kerugian pemain selama bermain judi. Jadi jika Casino menerapkan comp sebesar 40% maka penjudi yang rugi 1 juta rupiah bisa mendapatkan comp senilai 400 ribu rupiah dalam bentuk fasilitas-fasilitas tadi, tentunya dengan harga yang sudah over mark up. Point comp 400 ribu rupiah boleh jadi hanya bisa digunakan untuk fasilitas sekali makan minum di restoran Casino saja. Hakikatnya, si penjudi ini mengeluarkan satu juta rupiah hanya sekedar untuk sekali makan minum di restoran Casino yg mungkin nilainya hanya 100 ribu rupiah. Bandar Casino hakikatnya memperalat para pemain judi, tapi bagi sebagian besar pengunjung Casino itu memang harga yang perlu dikeluarkan demi kesenangan mereka, kecuali bagi pengunjung yang polos. Lalu apa antisipasi bandar Casino jika ada pemain yang selain pandai bermain tapi juga sangat tinggi keberuntungannya? Meski kemungkinannya kecil, tentunya bandar tidak bodoh, ia bisa melakukan apa saja untuk "menganulir" kemenangan si pemain. Film-film holywood sendiri yang sering membeberkan kelicikan-kelicikan bandar Casino. Jikapun ada penjudi yang dibiarkan menang, bandar tentunya telah menetapkan standar maksimum kemenangan, yang pastinya tidak akan membuat bandar bangkrut. Bahkan kemenangan-kemenangan kecil bisa menjadi propaganda yang bagus agar penjudi makin terlena, sehingga penjudi makin tidak sadar dirinya terus diperas sampai ludes. Meski penulis sangsi apakah ada penjudi yang selalu menang, tapi kalau toh ada, apakah mungkin uang yang didapatkan dari cara-cara haram seperti itu akan mendatangkan keberkahan?
Lantas apa hubungannya Casino dengan Demokrasi?
Penulis mengajak pembaca untuk sedikit merenungkan sebuah analogi, bahwa ternyata Casino memiliki logika yang sama dengan Demokrasi. Bagaimana bisa? Coba perhatikan, mereka-mereka yang menganggap demokrasi adalah wasilah perjuangan menegakkan keadilan (kita sebut sebagai ahli demokrasi) adalah ibarat penjudi. Maka Barat, atau Amerika, atau Zionist, atau Penindas, atau apapun sebutannya diibaratkan bandar Casinonya. Penjudi merasa bisa memainkan permainan Casino. Sama, ahli demokrasi juga merasa bisa memainkan politik dalam demokrasi. Kadang-kadang penjudi ada yang menang, tapi dibiarkan oleh bandar selama tidak merugikan bisnisnya. Sama, terkadang ahli demokrasi memenangkan pilkada, pilpres, dan pil-pil lainnya, tapi oleh Zionist dibiarkan karena tidak merugikan, bahkan secara tidak langsung menguntungkan bisnisnya. Ada penjudi yang menang banyak dan hampir membuat bangkrut bandar, tapi bandar mudah saja menganulirnya secara sepihak. Sama, kasus FIS di Aljazair lah contohnya! Ada juga penjudi yang menang, sengaja diberikan kemenangan agar makin terlena dan lupa daratan. Sama! Mesir adalah contohnya, ahli demokrasi menang telak tapi lupa akan tujuan awal perjuangan, alih-alih menegakkan syariat Allah, malah melanggengkan sistem Demokrasi, persis seperti penjudi yang menang tapi ketagihan permainan yang pada akhirnya malah menguntungkan bandar Casino.
Pembaca yang budiman, renungkanlah! Apakah benar demokrasi itu wasilah? Dari analogi tadi bisa kita simpulkan, memang benar demokrasi adalah wasilah, tapi bukan wasilah kita yang menghendaki keadilan tegak di muka bumi, melainkan wasilah para penindas dalam membungkam perjuangan kita! Jika anda bersikeras menganggap demokrasi adalah wasilah perjuangan, anda seperti penjudi yang menganggap bisa mendapatkan banyak uang dari Casino, padahal bandar Casinolah yg banyak mendapatkan keuntungan dari kebodohan para penjudi.
Semoga tulisan kecil ini bisa membangunkan para pembaca dari dekapan mimpi demokrasi untuk kembali ke "alam nyata", meskipun penulis sadar banyak penjudi yg sulit disadarkan karena sudah terlalu ketagihan dengan Casino Demokrasi.
Jakarta, 6 Rabiul Awwal 1434H
Kamis, 17 Januari 2013
Selasa, 15 Januari 2013
Syria dan Mali, mereka bukan Palestina
“Kebijakan standar ganda dari peradaban barat - yang saat
ini umat manusia di dunia berkiblat – sungguh mencengangkan! Di satu sisi,
mereka mengutuk diktator seperti (Bashar) Assad yang mem-bom rakyat muslim di
Syria. Di sisi yang lain, mereka (peradaban barat yg dipimpin PBB/UN)
menggunakan standar kebijakan yang 180 derajat berbeda, mereka memberikan
mandat kepada Prancis untuk mem-bom rakyat muslim di Mali...” kutipan
pernyataan Dr. Nazreen Nawaz seorang aktifis Hizbut Tahrir (tidak dipungkiri HT
adalah organisasi yg paling vokal dalam issue penegakkan syariat Islam dgn
propaganda khilafahnya, sejatinya ini adalah agenda umat Islam seluruhnya,
bukan cuma HT).
Benang merah yang bisa kita lihat adalah, peradaban barat
begitu ketakutan dengan penegakkan syariat Islam yang di usung beberapa
kelompok pejuang, mereka akan melakukan apa saja untuk melucuti usaha-usaha
ini, dari usaha yang sangat halus, sampai usaha yang kasar hingga melanggar
batas-batas kemanusiaan. Selalu ada saja justifikasi sehingga batas-batas
kemanusiaan menjadi nisbi, dengan issue terorisme, terorisme sebenarnya menjadi
legal. Di Syria, meski barat mengutuk (Bashar) Assad atas aksi2nya, mereka juga
(buru-buru) melabeli beberapa brigade oposisi Assad sebagai gerakan terorisme
hanya karena mereka ingin menegakkan syariah Islam di Syria.
Saudara-saudara kita di Syria dan Mali adalah mereka yang
istiqomah di jalan suci Islam, sehingga peradaban barat perlu mengeluarkan
jurus akhir dengan kekerasan. Mereka (para pejuang Islam) benar-benar telah “melacurkan” diri mereka
kepada agama Allah sesuai ayat :
۞ إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا
عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ
بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ
الْفَوْزُ الْعَظِيمُ [٩:١١١]
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin
diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang
pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji
yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang
lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual
beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
Sungguh mereka telah mengaplikasikan alquran secara
ultimate, ditengah muslim lain memperlombakan bacaan alquran, mempelajari
alquran hanya untuk kepentingan dunia, dlsb…
Terkadang saya malah berpikir, apakah Islamnya mereka
berbeda dengan Islamnya kita?
Lantas kemanakah suara organisasi Islam (spt Liga Arab?
OKI?) menyikapi kezaliman ini? Silahkan google “Hollande” dan apa yg sedang ia
lakukan di negri2 gurun…
Ya, Presiden Prancis itu sedang menggalang dukungan di
negeri2 Arab terkait intervensi Prancis di Mali. Dan, seperti biasa, pemimpin2
Arab itu begitu ramah menerima tamunya, Presiden Prancis.
Kemana izzah Islam wal muslimin? Bisakah kita berharap pada
Liga Arab, OKI, sementara mereka tidak memiliki agenda menegakkan kembali
syariat Allah di muka bumi?
Bagaimana dengan kita? Muslim Indonesia…. Cukupkah kita
dengan aksi solidaritas dan pengumpulan dana yang kemudian menjadi seperti
siklus tanpa ada penyelesaian mendasar?
Atau kita terlalu mencintai dunia, dan mencukupkan Islam
sesuai “kemampuan” kita, sambil tetap optimis meraih Jannah-Nya?
Tidak perlu jauh ke Syria atau Mali, coba tengok Poso.
Adakah hati kita concern dengan apa yg di alami saudara2 kita yg hanya karena
ingin menegakkan syariah Allah lantas ditembaki oleh densus88 (laknatullah
‘alaihim wa ‘ala kulli ma’ahum)? Dan kita tetap santai melanjutkan kehidupan
kita yang menyenangkan ini…
Paling tidak, sertakan mereka dalam doa-doa kita, dan mari kita sebarkan opini penegakkan syariat Allah, dimanapun kita dan apapun konsekuensinya, itu adalah ujian keimanan...
Hasbunallah, ni’mal maula wa ni’mal wakiil…
Langganan:
Postingan (Atom)