Diterjemahkan dari artikel Sheikh Imran Husein dengan judul "Can Muslims vote in elections of the modern secular state? (http://www.imranhosein.org/articles/islam-and-politics/85-can-muslims-vote-in-elections-of-the-modern-secular-state.html)
Bagaimanakah hukumnya dalam pandangan Islam bagi seorang Muslim yang hidup di negeri sekuler (Modern Secular State), apakah boleh memberikan hak suara dalam Pemilu yang diselenggarakan pemerintah Sekuler? Tulisan ini adalah salah satu usaha dalam mengupas tuntas beberapa pendapat dan menjawab pertanyaan tersebut.
Seorang ulama berkebangsaan Mesir yang tinggal di Amerika
Serikat pernah membuat fatwa terkait masalah ini dan menyebarluaskan fatwanya
yang menyebutkan bahwasanya WAJIB bagi umat Islam untuk mengikuti dan
memberikan hak suaranya pada pemilu di Negara Sekuler seperti Amerika!
Implikasi dari Fatwa ‘gila’ ini adalah; maka bagi Muslim yang tidak memberikan
hak suaranya dalam Pemilu akan berdosa, karena sebuah kewajiban jika tidak
dilaksanakan tentunya akan menjadi dosa!
Di tempat lain, seorang ulama terkemuka dari Pakistan, Dr.
Israr Ahmad, menyatakan dengan tegas bahwasanya Haram bagi seorang muslim
memberikan suaranya, atau berpartisipasi dalam pesta politik pemilu di Negara
Sekuler (yakni Negara yang dibentuk berdasarkan Konstitusi Sekuler). Ulama ini
melarang seluruh anggota jamaah Tanzim al
Islami, organisasi yang ia pimpin, untuk memberikan suara pada pemilu yang
diselenggarakan oleh pemerintah (sekuler). Ia juga mengungkapkan bahwa ulama
besar Pakistan, Maulana Maududi (rahimahullah)
memang dahulunya mendukung dan berpartisipasi dalam pemilu politik, tapi
kemudian beliau merubah pandangannya dan berbalik menentang, sebelum beliau
wafat.
Pandangan kami adalah, pendapat ulama Mesir yang tinggal di
Amerika tadi adalah keliru dan ia sungguh berada dalam kesesatan yang serius.
Kami berdoa kepada Allah, Yang Maha Bijaksana, semoga memberikan petunjuk-Nya
kepada saudara kita ini agar kembali ke jalan yang benar. Aamiin! Jutaan umat
Islam di Amerika menelan mentah-mentah fatwa tersebut dan kemudian
berpartisipasi dalam pemilu presiden, dengan keyakinan bahwa partisipasi
tersebut adalah bagian dari ibadah, merekapun memilih George Bush. Namun, pada
tanggal 11 September (2001), umat Islam yang menjadi konstituen George Bush
harus menelan pil pahit dan menerima kenyataan bahwa pemerintah mereka sendiri
(Bush dan pemerintahannya) menyatakan perang terhadap Islam! (Baca analisa saya
dalam ‘A muslim response to the Attack on
America di website kami: www.imranhosein.org).
Di negri saya berasal, Trinidad Tobago, pemilu politik telah
lama menjadi ajang perpecahan dan persaingan ras. Pada tahun 1956, partai politik
Sekuler, Partai Kebangkitan Nasional Rakyat (PKNR) berdiri, partai ini tak
lebih dari sekumpulan orang yang membawa semangat nasionalisme ‘kulit hitam’. Sepak
terjang partai ini banyak menimpakan bencana di Trinidad Tobago, bahkan efeknya
jauh lebih buruk ketimbang korupsi yang selalu muncul pada proses politik
sekuler. Lebih jauh lagi, partai tersebut telah menyebabkan tragedy pada tahun 1986
yang menelan banyak korban. Saya sendiri mengalami banyak tekanan akibat
rasisme yg dilancarkan oleh PKNR, demikian juga ayah saya. Bahkan, ayah saya
tewas akibat konflik politik tersebut.
Secara otomatis, ketika PKNR mengusung nasionalisme kulit
hitam, maka orang-orang India menjawab dengan nasionalisme India. Ketika pada
akhirnya orang-orang India menguasai politik melalui Partai Konggres Nasional
Bersatu (PKNB), maka kondisinya tidak jauh berbeda dengan ketika PKNR berkuasa.
Tapi satu hal yang secara konsisten selalu ada sepanjang masa-masa kelam proses
politik jahiliyyah ini adalah bahwa umat Islam berpartisipasi dalam pemilu,
yang sejatinya adalah pemilihan rasis, tanpa kesadaran sedikitpun bahwa Islam
membawa sesuatu yg sangat berbeda untuk umat manusia. Sungguh aneh, bagaimana
kita bisa menjelaskan fenomena umat Islam ras Afrika (kulit hitam) mendukung
PKNR sementara umat Islam ras India mendukung PKNB dalam pemilu politik?
Kebanyakan umat Islam di Trinidad Tobagao mungkin akan
terkejut membaca tulisan ini, karena sejak awal pemilu diselenggarakan yaitu
sejak 1956, beberapa cendekiawan muslim pernah secara serius mempertanyakan
hukum (apakah halal atau haram) dari pemilu. Pada saat bersamaan, sedang hangat
dibicarakan hukumnya “memiliki dollar”, “memiliki SIM”, “memiliki mobil dan
rumah Pribadi, dlsb. Ketika seorang ulama ternama dengan sembrono memfatwakan bahwa
“memiliki SIM” adalah syirik, kami yakin bahwa umat Islam dalam bahaya
kesesatan akibat fatwa-fatwa nyelenehnya. Benar saja, ulama keturunan India
yang tinggal di Amerika tersebut kemudian bertanggung jawab dengan fatwa
kacaunya yang mengatakan hukumnya Fardu (wajib) bagi umat Islam di Trinidad
Tobago untuk mengikuti pemilu.
Tapi umat Islam Trinidad harus berhenti sejenak, karena
banyak hal lain yang juga perlu mendapat perhatian. Contohnya, lagu nasional
Trinidad, yang selalu kita nyanyikan, berulang-ulang, sadar atau tidak, dengan
syair “Tanah air kami, hidup kami untukmu, “ (yakni untuk Republik Trinidad
Tobago), padahal alQuran secara jelas menyatakan
bahwa hidup kita adalah secara total untuk Allah Yang Maha Tinggi:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ [٦:١٦٢]
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al-An’am, 6:162)
Tentunya, dengan mengatakan hidupnya lebih untuk negri, atau
tanah air, ataupun pohon mangga, ketimbang untuk Allah, s.w.t., seorang muslim
telah melakukan perbuatan Syirik. Umat Islam juga telah menafikan kewajiban
hijrah seperti hijrah Nabi Ibrahim a.s. yang meninggalkan tanah airnya karena
Islam, dan juga hijrah Nabi Muhammad SAW.
Contoh yang lain, organisasi Antar Agama Trinidad Tobago,
yang di dalamnya banyak terhimpun umat Islam, memiliki slogan “fatherhood of God” dan persaudaraan
manusia. Padahal alQuran telah jelas menyatakan bahwa Allah bukanlah seorang
bapak (father). Siapapun yg menjadi
anggota organisasi ini, secara tidak langsung mengakui status Allah sebagai
bapak (father) sehingga ia telah
jatuh dalam kemusyrikan.
Tulisan ini diawali dengan gambaran tatanan dunia saat ini,
termasuk sedikit pengenalan tentang Negara Sekuler Modern dan darimana asal
muasalnya. Kami menemukan fakta bahwa pondasi Negara sekuler Modern, tidak
diragukan lagi, memiliki akar dari kekufuran dan syirik. Fenomena syirik adalah
salah satu dari sekian tanda-tanda Hari Kiamat, dan tentu berhubungan langsung
dengan Dajjal sang alMasih gadungan, atau dikenal juga dengan sebutan Dajjal
Anti-Christ.
Umat Islam perlu diingatkan bahwa Islam telah membawa konsep
politik dan Negara yang tidak mengandung sedikitpun unsur kufur dan syirik.
Konsep tersebut adalah Kekhalifahan Islam. Konsep ini telah dihancurkan oleh
Eropa karena menjadi sandungan bagi Eropa dalam menyebarkan kekafiran dan
kesyirikan kepada seluruh umat manusia.
Pandangan positif tentang Negara sekuler ini juga akan kita kritisi,
bagaimana posisinya dalam sudut pandang Islam. Termasuk penjelasan alQuran
tentang kesyirikan dari Negara sekuler modern ini. Kami menutup dengan
menawarkan alternative kepada umat Islam. Alternatif yang kami tawarkan,
tentunya merujuk kepada politik yang dilakukan Rasulullah SAW dalam sunnahnya.
Tatanan Dunia Saat
Ini
Adalah Eropa abad pertengahan yang pada esensinya tak
bertuhan, namun demikian mereka mengaku dirinya sebagai penganut Kristen, yang
kemudian secara misterius mencampakkan Kristen itu dan menggantinya dengan paham
materialisme pada era modern, secara aneh masyarakat ini memiliki kekuatan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menjadikannya terlihat sulit ditandingi apalagi
dihancurkan. Eropa memanfaatkan kekuatan militer yg didukung ilmu pengetahuan
dan teknologi tersebut untuk menguasai dunia Islam dan menghancurkan
kekhalifahan Islam. Eropa kemudian melanjutkan penaklukannya sehingga menjadi
semakin sulit bagi umat Islam untuk membebaskan wilayah-wilayah mereka dari pendudukan,
apalagi untuk menegakkah Islam (yang sejati) dimanapun di muka bumi. Eropa yang
bengis terus menyerang tanpa henti, menghancurkan peradaban Islam, berlangsung
lebih dari seribu tahun, mereka pada akhirnya berhasil menghancurkan
Kekhalifahan pada tahun 1924, akibatnya umat Islam tunduk dalam kendali politik
Eropa. Pengendalian politik yg pada awalnya dilakukan oleh Eropa, kemudian
dilanjutkan oleh ‘Eropa baru’ di Amerika. Bukan hanya peradaban Islam yang
dibuat kacau secara politik dan kulturnya, tapi mereka juga memperkenalkan
peradaban baru yang ditunjang oleh perbudakan ekonomi secara total menggunakan
riba yang dikenal dengan Kapitalisme.
Sebagai konsekuensi, banyak umat Islam – sadar atau tidak – telah
, secara esensi, meninggalkan Islam dan menjadi bagian dari peradaban sekuler
baru yang diciptakan oleh Eropa. Ini jelas sekali, bahkan pemerintah di
Negara-negara baru Islam dan mereka yang mendukungnya, mereka sibuk membuat
Islam baru (yakni Islam Modernis) yang bisa mengakomodir tuntutan dunia baru yg
tak bertuhan ini. Seorang ulama
kontemporer terkemuka, Maulana Dr. Muhammad Fadlur Rahman Anshari,
memperingatkan bahaya Islam Modernist, dan memperingatkan umat Islam untuk memegang
erat pandangan Islam yg asli (klasik), dimana mereka bisa dapatkan dalam sumber-sumber
hukum pokok Islam kedua hal tadi, yakni penjelasan tentang dunia modern dan
juga cara menghadapi tantangan beratnya.
Pada saat yang bersamaan, Eropa berhasil merebut
Tanah Suci milik umat Islam dari daulah Islam, dan kemudian menjadikannya sebagai Negara Israel.
Setelah itu, orang-orang Yahudi Israel (yang waktu itu masih menyebar di
seluruh dunia) dibawa pulang oleh Yahudi Eropa dengan cara yang paling
misterius sepanjang sejarah manusia. Menjadi jelaslah, bahwa kendali Eropa
terhadap dunia bertujuan untuk membuka jalan kembalinya Yahudi Israel ke Tanah
Suci. Fakta bahwa Yahudi Israel bersedia kembali ke Jerusalem, dan menganggap kembalinya
ini sebagai jawaban atas janji Allah, yaitu janji di kembalikannya masa
keemasan Israel dengan munculnya al-Masih, adalah bukti bahwa mereka, Yahudi
Israel, buta secara spiritual. Mereka tidak tahu kalau mereka sedang diperdayai
oleh Dajjal, sang al Masih gadungan.
Bagaimana seharusnya umat Islam menyikapi drama yang masih berlangsung
dan akan terus terungkap ini? Apa yang harus
dilakukan agar mereka bisa melepaskan diri dari keadaan sulit ini? Jawabannya,
tidak ada yang mungkin bisa menjelaskan keanehan dunia seperti ini, dan tidak
ada yang dapat menyelamatkan umat Islam dari marabahaya, kecuali alQuran dan
sunnah Nabi Muhammad s.a.w. Kesalamatan umat tergantung pada pembangunan
kembali masyarakat Islam se-otentik mungkin. Dan keotentikan tergantung pada tingkat
ketaatan kepada alQuran, dan kepada yang telah diutus untuk mengajarkan alQuran
dan telah mencontohkannya dalam perihidup yang kongkrit, Nabi Muhammad s.a.w.
Hampir tidak mungkin saat ini umat Islam bisa mengendalikan
sebuah wilayah, dimanapun di muka bumi, untuk menegakkan Islam sebagai tatanan
masyarakat atau pemerintahan Islam (yakni Darul Islam). Setiap usaha yang
benar-benar dilakukan untuk tujuan itu akan menarik perhatian dari para
sekularis atheist yg saat ini mengendalikan dunia, segala cara akan mereka
lakukan untuk menghentikan laju kebangkitan Islam dalam mengendalikan sebuah masyarakat.
Umat Islam yang tidak menyadari hal ini adalah mereka yg tidak memahami Tatanan
Dunia Ya’juj dan Ma’juj yang tengah mengendalikan dunia. Pengecualian untuk
wilayah Khurasan (wilayah Khurasan versi zaman Rasulullah) yaitu wilayah yang
terletak sebelah timur sungai Eufrat. Sejauh ini, Eropa belum pernah berhasil
menaklukan pusat wilayah Khurasan ini. Inggris pernah mencoba menaklukan
Afghanistan, tapi gagal. Kemudian Rusia juga mencoba dan bernasib sama. Saat
ini, usaha-usaha yang dilancarkan oleh Amerika Serikat, adalah usaha yang
paling gencar yang pernah dilakukan oleh peradaban sekuler barat modern untuk
menaklukan dan mengendalikan wilayah itu. Tapi usaha-usaha mereka juga tidak menghasilkan
sesuatu yang berarti, bahkan perlahan tapi pasti umat Islam di sana berhasil
mengukuhkan kekuatan mereka. Nabi Muhammad s.a.w. pernah meramalkan bahwa Islam
akan muncul kembali tepatnya dari wilayah ini, ketika sekelompok pasukan Islam
merangsek untuk membebaskan tiap wilayah yang dikuasai musuh dari Khurasan
seluruhnya hingga ke Jerusalem:
“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata: Bendera
hitam akan muncul dari Khurasan, dan tidak ada kekuatan yang sanggup
menghentikan mereka hingga mereka memasuki Aelia (Jerusalem).” (Sunan,
Tirmidhi).
Dunia tidak perlu menunggu waktu lama dan akan segera
menyaksikan hal ini.
Bagaimana sebaiknya yang dilakukan oleh umat Islam
menghadapi tekanan yang akan terus dilancarkan oleh musuh saat ini hingga
beberapa saat mendatang? Bagaimana kita bisa bertahan dalam masa-masa sulit ini
(sebelum datang pembebasan dan kemenangan Islam), jika kita tidak dapat
membangun institusi Islam (khilafah) karena saat ini tidak ada wilayah yang
bisa benar-benar menegakkannya? Kami akan coba menjawab pertanyaan-pertanyaan
ini sekaligus memberikan alternative kepada umat Islam, pilihan lain dalam menghadapi tawaran pemilu
politik Negara Sekuler.
Cukup aneh bagi kita, di saat dunia masih memiliki
peradaban-peradaban besar selain peradaban Eropa, bahkan beberapa ada yang
telah berusia ribuan tahun, namun tidak ada satupun peradaban itu yang saat ini
dapat mengendalikan satu teritori atau wilayah. Dimanapun saat ini, seluruh
umat manusia diperlakukan dengan aturan tatanan peradaban Eropa. Dimanapun umat
manusia berada, mereka terpenjarakan oleh model Negara Sekuler yang mengikuti
peradaban Eropa. Proses globalisasi peradaban hingga menjamurnya Negara-Negara
Sekuler yang dilakukan oleh Eropa adalah sesuatu yang unik sepanjang sejarah
kemanusiaan. Ini adalah hal yang misterius sekaligus berbahaya bagi seluruh
umat manusia. Sistem sekuler Eropa tersebut kemudian akhirnya menghasilkan ide
pembentukan institusi politik internasional yang disebut (awalnya) “Liga Bangsa
Bangsa” dan kemudian dibentuk ulang menjadi “Perserikatan Bangsa-Bangsa” (PBB).
Dari namanya saja cukup menjelaskan bahwa institusi ini mengabadikan tujuan
dari Tatanan Dunia Baru atau “New World Order” yang diciptakan Eropa. Tujuannya
cukup jelas yaitu menyatukan dunia dibawah kekuasaan politik dan pengaruh Eropa
agar Eropa bisa menguasai dan mengatur umat manusia sebagai satu pemerintahan
dunia. Pada saat artikel ini ditulis, Eropa (yakni tatanan dunia kulit putih)
sudah di ambang kesuksesan dalam menciptakan tujuan politik tersebut. Semua
peradaban dunia selain peradaban Eropa telah menyerah, tidak berkutik, dan
tidak mampu membebaskan mereka dari pengaruh sekularisasi Eropa.
Arnold Toynbee, seorang sejarawan Inggris ternama,
mengungkapkan fenomena unik ini dengan pandangan bahwa peradaban-peradaban
sebelum peradaban modern barat (Eropa Sekuler) telah mati atau sekarat, ia juga
mengatakan, “tidak akan terelakan bahwa peradaban modern barat akan
menggantikan peradaban-peradaban sebelumnya.” (Toynbee: Civilization on Trial, Ox. Univ. Press, London, 1957: p.38). Tujuan utama Eropa sangatlah jelas, penuh
dengan misteri lagi berbahaya (terutama untuk umat Islam). Yaitu menegaskan
kekuasaan mereka di muka bumi. Tapi ini ternyata belum cukup. Kekuasaan Eropa ternyata
dimaksudkan untuk menandai “Akhir Sejarah” karena tidak boleh ada lagi yang
menggantikan Eropa dalam menguasai dunia! Toynbee secara menakjubkan menyatakan
pernyataan yg jujur ini dalam bukunya “Civilization
on Trial”: “Peradaban barat bertujuan tidak lain adalah penyatuan seluruh
umat manusia dalam satu kumpulan masyarakat besar dan mengendalikan semua yang
ada di darat, laut dan udara….” (ibid. p.166).
Di atas semua itu, tujuan Eropa yang paling utama adalah, menciptakan
jalan untuk kembalinya Yahudi ke Tanah Suci Jerusalem, kemudian memberikan kekuasaan dunia kepada
para Yahudi sehingga mereka bisa mengendalikan dunia dari Jerusalem. Buku saya,
“Jerusalem di dalam alQuran” menjelaskan fakta yang sulit dimengerti, bahkan
Toynbee sendiripun tidak mengerti. Kembalinya Yahudi ke Tanah Suci dan
pembentukan Negara Yahudi Israel 2000 tahun setelah Allah, s.w.t.,
menghancurkannya dan mengusir mereka, adalah peristiwa yang paling aneh yang
pernah terjadi sepanjang sejarah. Hanya
alQuran yang bisa menjelaskan hal ini, dan hanya alQuran yang bisa memberikan
gambaran arah dari semua peristiwa yg terjadi dan akan terjadi di Jerusalem.
AlQuran (Al-Anbiya, 21:96) secara gamblang mengatakan bahwa
ketika Ya’juj dan Ma’juj dibebaskan oleh Allah ke dunia, mereka akan “……dan
mereka turun dengan cepat dari tempat yang tinggi”. AlQuran menyatakan bahwa
konsekuensi dari hal ini, sebuah bangsa yang telah terusir dari sebuah kota
yang telah dihancurkan oleh Allah SWT, dan yang sebenarnya terlarang untuk
kembali ke kota tersebut, akan kembali ke kota tersebut dan mengakui kota itu sebagai
kota miliknya. Buku saya telah memberikan argumentasi, bahwa kota yang dimaksud
adalah Jerusalem. Tapi ketika Ya’juj dan Ma’juj turun dengan cepat dari tempat
yang tinggi, atau menyebar ke seluruh penjuru, maka mustahil bagi seluruh umat
manusia untuk sanggup menghadapinya, ini juga sesuai dengan firman Allah dalam
sebuah hadits:
“Aku telah menciptakan dari sebagian hamba-hambaku bangsa
ini (yakni Ya’juj dan Ma’juj), yang tidak akan ada seorangpun yang sanggup
menghadapinya…” (Sahih, Muslim)
Cukup jelas berdasarkan dari pernyataan dan dalil di atas,
bahwa peradaban modern Eropa adalah peradaban Ya’juj dan Ma’juj. Sehingga, Tatanan Dunia Baru yang sekarang
mengendalikan dunia dan telah bersiap dan akan terus melancarkan peperangan
dengan Islam, adalah Tatanan Ya’juj dan Ma’juj. Adalah Ya’juj dan Ma’juj yang
menjelaskan mengapa ada kekuatan tak tertandingi, kejam, opresif, korup, tak
bermoral yang esensinya tidak bertuhan, dari penguasa dunia saat ini. Ya’juj
dan Ma’juj juga menjelaskan fenomena aneh dari proses globalisasi di dunia
modern sekarang.
Buku saya, ‘Jerusalem dalam alQuran’, juga menjelaskan
fenomena Dajjal, sang alMasih gadungan. Dajjal, dan juga Ya’juj dan Ma’juj,
adalah salah satu tanda besar Akhir Zaman. Tujuan Dajjal adalah menyamar
menjadi al-Masih yang harus memerintah dunia dari Jerusalem, maka ia pun akan
menjalankan tugas ini, ia akan memerintah dunia dari Jerusalem. Buku tersebut
juga menjelaskan sebuah hadits yang cukup terkenal dari Tamim ad-Dari dalam
Sahih Muslim. Hadits inilah yang telah
memungkinkan kami mengidentifikasi lokasi kemunculan Dajjal, dari mana dia akan
mulai melancarkan misinya, yakni Britania Raya, atau Inggris. Dari Inggris,
Negara super power, kemudian Dajjal berpindah ke Amerika Serikat, Negara super
power berikutnya, dan dia akan segera beralih ke Israel. Negara Yahudi itu akan
segera menggantikan Amerika Serikat sebagai Negara super power di dunia. Kami
merasakan bahwa moment tersebut akan segera terjadi. Maka dari itu, menurut
hemat kami, tujuan dari Eropa bukan hanya sekedar menyediakan jalan bagi Yahudi
untuk kembali ke Tanah Suci, tapi juga mengantarkan kekuasaan yang telah mereka
raih dalam menguasai dunia kepada Yahudi sehingga sang Al-Masih gadungan bisa
memerintah dunia dari Jerusalem!
Para pembaca tentunya bisa menyimpulkan bahwa sekumpulan Negara
sekuler modern, secara bersama membentuk strategi politik global yang
diinginkan Eropa untuk mengendalikan dan menguasai dunia. Dengan kata lain,
Negara Sekuler, memang sengaja didesign sebagai alat untuk membantu Tatanan
Dunia kulit putih dalam melancarkan misinya menguasai dunia. Proses politik
global ini, tidak bisa dilepaskan dari proses peralihan Israel menjadi super
power dunia.
Misteri Negara
Sekuler Moderen
Negara Sekuler modern muncul akibat penerapan sekulerisme
dalam filosofi dan teori politik. Negara sekuler kemudian mengembangkan diri di
era modern dalam tatanan dunia baru. Ini tidak terjadi begitu saja. Sekularisme
muncul di Eropa setelah peradaban Eropa secara misterius didahului oleh gerakan
revolusi yang menuntut perubahan. Revolusi tersebut menyebabkan peradaban yang
‘pura-pura’ menganut kepercayaan Kristen dan Yahudi (teokrasi), secara aneh
berubah menjadi peradaban dengan kombinasi karakteristik yang dahsyat. Berikut
adalah beberapa karakteristik tersebut (hanya sebagian karakteristik yang bisa
kami tampilkan dalam tulisan ini):
- Revolusi yang di dukung kemajuan ilmu dan teknologi mengantarkan kekuasaan dunia ke eropa. Kekuasaan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk menguasai dunia. Dalam sejarah manusia, belum ada kesuksesan menguasai dunia sebagaimana yang eropa lakukan.
- Kekuasaan digunakan untuk menekan dan mengancam siapa saja yang melawan penguasa dunia
- Agama kehilangan substansi spiritual, dan terus mengalami penurunan spiritual hingga masyarakat benar-benar seperti tidak beragama. Bentuk luar dari agama memang terlihat dalam masyarakat atau Negara tersebut tapi dalam bentuk yang menyedihkan sampai-sampai lelaki diperbolehkan menikah dengan lelaki.
- Kehidupan yang tidak berlandaskan nilai-nilai spiritual ini menyebakan terjadinya ambruknya moral sehingga masyarakat mengalami dekadensi moral
- Ketamakan dan nafsu menghancurkan sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat
- Penipuan dilakukan untuk mengambil hak orang lain, eksploitasi dan pemiskinan masyarakat
- Globalisasi membawa seluruh dunia dalam genggaman dan kekuasaan Israel. Ini adalah peristiwa yang paling unik dan penting baik dalam sejarah Eropa maupun dunia. Tapi masih saja, banyak orang yang katanya terdidik, mereka tidak pernah tergerak untuk memahami bagaimana dan mengapa peristiwa-peristiwa ini terjadi. Mereka benar-benar tidak menaruh curiga, dan tidak melihat sesuatu yg misterius.
Peradaban modern Eropa yang tidak bertuhan nyata sekali
menjadikan materialisme sebagai pengganti nilai-nilai spiritual keagamaan dalam
menyikapi sebuah kenyataan. Maksudnya adalah bahwa mereka tidak lagi melihat
sesuatu melebihi dari realitas materialnya. Pilihan ke materialisme adalah puncak logis dari adopsi epistemology
baru ‘mata satu’ (Dajjal melihat dengan satu mata) yang konsisten beranggapan
bahwa pengetahuan hanya diperoleh hanya dari satu sisi saja, yakni dari
penglihatan luar dan eksperimen (maksudnya sesuatu yg terlihat dan bisa
dirasakan, rasional –pent). Penglihatan yang lain, yakni pandangan spiritual intuitif
internal yang berasal dari hati ditolak oleh pandangan ini.
Revolusi Eropa adalah peristiwa yang penuh dengan misteri, revolusi
ini didukung oleh kemajuan ilmu dan teknologi yang membuat peradaban ini seolah
tidak bisa dikalahkan, dan juga membuatnya tidak bisa disaingi oleh peradaban
lainnya. Mesin uap, kereta api, kendaraan bermotor, truk, tank tempur mekanik,
kapal yang digerakkan oleh mesin uap dan minyak, pesawat udara, dlsb., semua
itu merubah dunia terutama dalam segi transportasi dan cara berperang, dan
secara langsung hal ini juga mengubah cara hidup manusia. Listrik menghasilkan
kekuatan/tenaga, ini mengubah cara manusia hidup secara dramatis. Pesawat
telepon dan telegraf memungkinkan komunikasi antar manusia yang saling
berjauhan bisa dilakukan secara instant, ini tentunya juga mengubah cara hidup
manusia, yang pada akhirnya juga membentuk kultur baru.
Setelah kemajuan-kemajuan tercapai, mulailah pejuang-pejuang
feminist untuk mencoba mengubah ‘malam’ menjadi ‘siang’, mereka menuntut
kebebasan wanita, agar mereka dibolehkan untuk menjalani peran-peran yang biasa
dilakukan oleh lelaki dalam masyarakat. Padahal ini bertentangan dengan
perbedaan fungsional yang telah ditentukan oleh sang Pencipta, Allah SWT.
(Lihat alQuran, al-Lail, 92:4, dimana Allah menganalogikan perbedaan fungsi
antara malam dengan siang di satu sisi, dan dengan penciptaan lelaki dan wanita
pada sisi yang lain). Dan ini
digembar-gemborkan sebagai pembebasan kaum wanita! Inilah proses-proses yang
terjadi dalam perubahan cara hidup manusia pasca revolusi kemajuan ilmu dan
teknologi.
Eropa baru terus melakukan pengaruh kepada umat manusia
dengan eksploitasi insting dasar manusia, berupa kerakusan akan dunia dan
hawa nafsu. Revolusi seksual menjanjikan sexualitas – natural ataupun tidak – yang
disediakan secara bebas, sebebas sinar matahari. Pornografi, homoseks, lesbian,
dan kebobrokan lainnya dari barat saat ini membanjiri seluruh dunia. Pernikahan
saat ini dilihat sebagai alternatif saja, karena orang-orang bisa hidup bersama
tanpa perlu ada ikatan pernikahan, dan ini sudah dianggap umum. Jacqueline
Kennedy, istri mantan Presiden Amerika John F. Kennedy yang merupakan seorang
icon/selebriti Amerika, dalam tahun-tahun akhir hidupnya menghabiskannya dengan
hidup bersama tanpa ikatan pernikahan. Ketika ia meninggal, pasangannya yang
seorang Yahudi dikenalkan oleh media kepada dunia sebagai – hanya- sahabat Jacqueline.
Homoseks dan Lesbian dibela sebagai bentuk seks yang normal
untuk kalangan tertentu dan semakin diterima oleh publik, bahkan seorang Rabi
atau Pendeta bisa tetap menjalankan profesinya meski masyarakat luas telah mengetahui
orientasi seks mereka yang menyimpang. Untuk menghilangkan kejijikan masyarakat
umum terhadap penyimpangan seks ini, dibuatlah penyamaran kata dari “homoseks”
menjadi “gay”. Masyarakat yg cuek menerima saja perubahan yg seolah tak
bersalah ini. Mereka yang anti terhadap orang-orang homo atau gay dituduh
sebagai ‘homophobia’ (baru-baru ini di Prancis seorang homo ‘Muslim’
yang telah menikah dengan homo pasangannya yang juga ‘Muslim’, dinikahkan oleh
seorang ‘imam’ – yang kemungkinan besar homo juga – menyatakan ingin membangun
sebuah mesjid khusus kaum gay. Laa hawla wa laa quwwata illa billaah…! –pent)
Revolusi konsumerisme, umat manusia disuguhi segala jenis
barang atau produk, nafsu manusia yang tidak pernah kenyang dan tidak pernah
puas dimanjakan oleh berbagai jenis iklan yang menyilaukan mata. Revolusi ini
telah menjangkau segala lapisan manusia, dari mulai dapur, kamar mandi dan
toilet, dlsb, tingkat jangkauannya hingga rumah-rumah yang paling primitive
sekalipun terpengaruh olehnya.
Masyarakat Eropa baru yang tak bertuhan terus menggunakan
‘kekuatan’ mereka untuk menaklukan seluruh
dunia dan menjadikannya koloni, kemudian mereka menggoda umat manusia agar mau
meniru cara hidup mereka dan kultur baru mereka yang sangat konsumtif. Revolusi
Eropa sekuler ini mulai dirasakan di Amerika, Prancis dan revolusi Bolshevik
pada tahun 1776, 1787 – 1800, dan 1917. Titik balik revolusi ekonomi terjadi
ditandai munculnya system ekonomi ribawi (meminjamkan uang dengan bunga, dan
juga mengganti uang real – yang memiliki nilai intrinsik – dengan uang kertas
yang nilainya bisa dimanipulasi dan berubah-ubah sehingga secara konstan akan terus
menyusut), dan ini secara penuh tercapai melalui Revolusi Protestan (baca R. W.
Tawney’s classic work: “Religion and the
Rise of Capitalism”). Titik balik revolusi budaya ditandai dengan munculnya
revolusi feminisme dengan perjuangan pembebasan wanitanya. Revolusi-revolusi
yang baru disebutkan di atas tidak akan tercapai tanpa ada dukungan dari
revolusi ilmu dan teknologi.
Pandangan Positif terhadap
Negara Sekuler Modern
Bentuk pemerintahan sekuler tidak akan mungkin diterima oleh
masyarakat Eropa baik yang Kristen maupun Yahudi - atau Muslim sekalipun –
seandainya karakter aslinya yang Kufur dan Syirik tidak tertutupi oleh
pandangan positif tentangnya. Apa saja pandangan positif itu? Negara sekuler
modern muncul sebagai jawaban atas dominasi teokrasi Kristen Eropa yang opresif
dan dalam rangka menandingi kekuasaan temporer gereja Kristen Eropa. System ini
menantang Gereja dengan semua bentuk kebebasan baik intelektual maupun agama,
hak asasi manusia dan toleransi beragama untuk semua pemeluk agama. Sistem ini
juga membangun kondisi politik yang memungkinkan terciptanya kedamaian antar
pemeluk agama dalam satu wilayah, sehingga diyakini bisa mengakhiri konflik
agama yang telah menumpahkan darah manusia dan menodai Eropa selama ratusan
tahun.
Sistem Negara sekuler juga cukup lihai dalam menyuap umat
manusia sehingga ia bisa masuk dalam hati dan keyakinan mereka melalui
temuan-temuan kreatifnya. Ia menghasilkan sesuatu yang sangat bisa diterima
oleh umat manusia tanpa peduli apa agamanya, sesuatu yang sangat diperlukan
oleh kehidupan modern seperti listrik, radio, telepon, handphone, TV, computer,
pesawat terbang, mobil, mesin fax, teknologi fotokopi, dlsb. Kapanpun seseorang
menerima kehidupan modern dengan semua temuan yg menakjubkan itu, ia juga akan
menerima Negara sekuler dan gaya hidup sekuler.
Tapi pandangan positif tentang Negara Sekuler ini, meski
sebagian juga terjadi di kota Nabi, Madinah al Munawaroh, tidak mengubah
pondasi dasarnya yang kufur dan syirik. Kenyataannya, Negara sekuler modern
pelan tapi pasti mulai menampilkan agenda tersembunyi yang merupakan agenda
aslinya, yakni untuk menandingi semua agama ketika ia mulai melancarkan perang
keji terhadap penegakkan kehidupan dengan basis agama. Semakin sekuler sebuah masyarakat, semakin
sedikit orang pergi ke tempat ibadah, baik gereja, ataupun sinagog. Gereja yang
sepi pengunjung pada akhirnya dijual bahkan dijadikan tempat judi. Pelan tapi
pasti, agama akan mengalami kemunduran di system sekuler tak bertuhan ini.
Demokrasi pada Negara Sekuler tak lebih dari sekedar racun
yang dibungkus permen. Politik demokrasi berjalan sedemikian rupa hanya untuk
melanggengkan kapitalisme, ekonomi ribawi dan eksploitasi kebodohan
manusia. Tekanan ekonomi seringkali
dibarengi dengan tekanan-tekanan rasial dan kesukuan. Kalangan rakyat miskin
yang terus dimiskinkan tidak memiliki kekuatan politik apapun dalam menghadapi
elit-elit kaya yang tamak, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan
himpitan ekonomi yang mendera kehidupan mereka. Kekayaan menjadi ukuran gagal
atau suksesnya seorang elit dalam system kampanye yang mahal. Ajaran baru dari system Negara sekuler adalah
bahwa si kaya lah pewaris bumi, inilah yang benar-benar terjadi.
Tatanan dunia baru menggunakan kekuatan militer yang tak
terkalahkan, dan juga kekuatan desepsi (penipuan) untuk mendominasi dan mencuci
otak bangsa-bangsa dunia. Filosofi politik tak bertuhan dengan konsep
kedaulatan Negara, system ekonomi yang mengeksploitasi rakyat miskin, kultur
yang korup, pada akhirnya mengglobal dengan sendirinya.
Kolonialisme barat
kemudian menguasai seluruh umat manusia, termasuk umat Islam, melaui proses ini
lah system politik sekuler dikenalkan, system yang berlandaskan kekufuran dan
kemusyrikan, melalui tipu daya dan rekayasa. Kekhalifahan Utsmani dihancurkan.
Dari reruntuhannya muncul Negara Sekuler Modern tak bertuhan Turki. Darul Islam
yang telah dibangun oleh baginda Rasulullah s.a.w. sendiri di jazirah arab juga
dihancurkan, dari reruntuhannya muncul Negara Sekuler Modern Saudi Arabia
(lengkap dengan jebakan-jebakan berupa kedaulatan wilayah, kewarganegaraan,
dlsb) yang merupakan Negara boneka dari Barat yang tak bertuhan. Sehingga,
terpenuhilah ramalan Rasulullah s.a.w. Beliau meramalkan bahwa umat ini akan
menyerupai dan mengikuti Yahudi dan Kristen sedemikian rupa, hingga ke lubang
biawakpun akan terus diikuti. Hasilnya adalah bangsa Yahudi, Kristen dan Muslim mengalami
fitnah kolektif dari segala fitnah, dan mereka gagal secara menyedihkan dalam
mematuhi perintah Allah dalam alQuran:
اتَّبِعُوا مَا
أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ
ۗ قَلِيلًا مَّا
تَذَكَّرُونَ [٧:٣]
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan
janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu
mengambil pelajaran (daripadanya).
Tatanan sekuler ini merancang sebuah system pemilihan
politik untuk mengangkat Parlemen (Legislatif), Pemerintah (Eksekutif) dan
(terkadang) memilih hakim-hakim (Yudikatif). Warga negara, tidak peduli apapun
agamanya, memberikan hak suaranya dalam pemilihan demokratis. Meskipun jika
pemimpin yang terpilih dari pemilu tersebut adalah seorang penyembah setan,
tapi prinsip-prinsip demokrasi menuntut mereka, entah Muslim, Kristen, Yahudi,
etc., yang telah memberikan hak suaranya, untuk menerimanya sebagai pemimpin
yang legitmate, sah, dan berkuasa untuk memerintah mereka. Mereka juga harus tunduk
dan mentaati pemimpin tersebut. Jadi jika hasil pemilu menghasilkan
pemerintahan yang didominasi oleh penyembah berhala seperti umat Hindu, yang
secara terbuka menyatakan permusuhannya kepada penyembah Tuhannya Ibrahim
(‘alaihi salam), atau pemerintah yang mengatakan halal apa-apa yang diharamkan
oleh Allah s.w.t, maka sesuai prinsip-prinsip demokrasi, ia menuntut para
pemilih dari kalangan manapun, Kristen, Yahudi, Muslim, dlsb, yang menjadi
warga negara Sekuler ini harus mengakui pemimpin tersebut sebagai pemerintah
yang sah, tunduk kepada kekuasaanya, dan taat kepadanya.
Tidak ada satupun petunjuk dari kitab-kitab suci (Taurat,
Injil, AlQuran) ataupun sunnah Nabi, yang bisa dijadikan dalil bagi kaum
Yahudi, Kristen dan Muslim, untuk berpartisipasi dalam pemilihan yang membuat
mereka bebas memilih pemimpin yang akan menguasai mereka. Bahkan sebaliknya,
yang ada hanyalah larangan bagi mereka untuk melakukan hal tersebut!!
قُلِ اللَّهُ
أَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوا ۖ لَهُ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
ۖ أَبْصِرْ بِهِ
وَأَسْمِعْ ۚ مَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا يُشْرِكُ فِي
حُكْمِهِ أَحَدًا [١٨:٢٦]
Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya
mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan
di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya;
tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan Dia tidak mengambil
seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan".
وَقُلِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي
الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُن لَّهُ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ
ۖ وَكَبِّرْهُ
تَكْبِيرًا [١٧:١١١]
Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak
dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina
yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang
sebesar-besarnya.
الَّذِي لَهُ
مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُ
شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا [٢٥:٢]
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia
tidak mempunyai anak, dan tidak
ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
AlQuran juga memperingatkan mereka yang membantu
perbuatan-perbuatan sesat ini akan ikut mendapatkan bagiannya:
مَّن يَشْفَعْ
شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُن لَّهُ نَصِيبٌ مِّنْهَا
ۖ وَمَن يَشْفَعْ
شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُن لَّهُ كِفْلٌ مِّنْهَا
ۗ وَكَانَ
اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُّقِيتًا [٤:٨٥]
Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya
ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan barangsiapa memberi
syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar